1.
Ruang
Lingkup Komunikasi
Akibat kecepatan
media informasi dan
kompleksnya berbagai macam hubungan, maka komunikasi
telah menjadi masalah semua orang.
Istilah komunikasi saat
ini sudah sedemikian populer dan
dipergunakan oleh kebanyakan
orang. Ia dipergunakan
dalam semua kesempatan
baik dalam pembahasan maupun
membicarakan berbagai masalah.
Kiranya sudah menjadi
kodrat manusia senantiasa membutuhkan hubungan
dengan sesamanya, baik
secara sepihak maupun
timbal balik. Komunikasi
adalah inti semua hubungan
sosial.
Manusia sebagai
makhluk individu maupun makhluk
sosial memiliki dorongan ingin tahu, ingin maju dan berkembang. Salah satu sarananya melalui komunikasi.
Karena itu, komunikasi merupakan kebutuhan
yang mutlak bagi kehidupan manusia.
Agar
terlaksananya komunikasi yang baik,
banyak
rintangan yang ditemui
dan dihadapi baik
rintangan yang bersifat
fisik, individual, bahasa atau
bahkan sampai pada perbedaan makna yang dimaksud oleh orang yang diajak berkomunikasi.
Komunikasi merupakan kegiatan yang pokok dalam kehidupan bermasyarakat atau
sebagaimana dikatakan oleh seorang tokoh
komunikasi, bahwa “Communication is
human existence and social process”.
Dari komunikasi
memungkinkan suatu ide (baru atau lama)
tersebar dan dihayati
orang, dituntut ataupun
ditolak orang, berhasil
atau gagalnya proyek
dan program
pembangunan. Inilah sebabnya mengapa pada akhir-akhir ini di
Indonesia komunikasi menjadi
makin penting dan diperhatikan orang .
Hal ini
karena komunikasi merupakan alat pembangunan, alat integrasi, alat kekuasaan, dan untuk itu
komunikasi penting untuk
diketahui, dipahami serta
dihayati oleh semua
orang, khususnya untuk penyelengggara pembangunan
sebab mereka lebih
banyak berhadapan dan
berhubungan dengan pelaksanaan pembangunan dan
masyarakat luas. Dengan
berkembangnya komunikasi maka
dengan sendirinya lingkup komunikasi menagalami
perubahan yang mendasar.
Banyak para ahli
komunikasi yang menguraikan
lingkup komunikasi, namun pada dasarnya perkembangan tidak menyimpang
dari konsep di atas tadi. Salah satu persoalan di dalam memberi pengertian
komunikasi, yakni banyaknya definisi yang telah dibuat oleh para pakar menurut
bidang ilmunya. Hal ini disebabkan
karena banyaknya disiplin ilmu yang telah memberi masukan terhadap perkembangan ilmu komunikasi,
misalnya psikologi, sosiologi, antropologi, ilmu politik, ilmu manajemen,
linguistik, matematika, ilmu elektronika dan
sebagainya. Begitu banyaknya
sarjana tertarik mempelajari komunikasi
telah melahirkan berbagai macam definisi yang bisa membingungkan jika
tidak memahami hakikat komunikasi antarmanusia.
2.
Pengertian
Komunikasi
Komunikasi /communication,
berasal dari kata communicatio atau
dari kata communis
yang berarti sama
atau sama maknanya
atau pengertian bersama,
dengan maksud untuk mengubah pikiran, sikap, perilaku,
penerima dan melaksanakan apa yang diinginkan oleh komunikator.
Fiske (1990) mengemukakan bahwa hal tersebut menimbulkan asumsi-asumsi sebagai
berikut :
(1)
Komunikasi adalah studi
yang dapat dipertanggungjawabkan, namun
kitac memerlukan sejumlah pendekatan disipliner untuk
mengkajinya secara komprehensif,
(2) Semua komunikasi
melibatkan tanda (signs)
dan kode (codes). Tanda adalah
artefak atau tindakan yang merujuk pada sesuatu yang
lain di luar tanda
itu sendiri, yakni tanda
menandakan konstruk. Kode adalah sistem
tanda-tanda diorganisasikan dan yang enentukan bagaimana
tanda-tanda itu mungkin berhubungan satu
sama lain, (3) Tanda-tanda itu ditransmisikan atau dibuat tersedia pada yang lain
dan bahwa pentransmisian atau
penrimaan
tanda/kode/komunikasi adalah praktek
hubungan sosial, (4) komunikasi adalah
sentral bagi kehidupan
budaya kita, karena
tanpa komunikasi kebudayaan
dan jenis apa
pun akan mati. Konsekuensinya, studi komunikasi melibatkan studi
kebudayaan yang dengannya ia terintegrasi. Asumsi-asumsi ini didasari definisi
umum tentang komunikasi sebagai interaksi sosial melalui pesan.
Fiske (1990) juga menjelaskan bahwa
studi komunikasi dapat
dikelompokkan menjadi dua
kategori atau mahzab utama, yaitu mahzab pertama komunikasi sebagai proses
yakni melihat komunikasi sebagai transmisi
pesan dan mahzab kedua
sebagai semiotika (ilmu
tentang tanda dan makna)
yakni melihat komunikasi sebagai
produksi dan pertukaran makna. Mahzab
pertama cenderung mempergunakan
ilmu-ilmu sosial, terutama
psikologi dan
sosiologi dan cenderung
memusatkan dirinya pada
tindakan komunikasi, sementara
itu, mahzab kedua cenderung
mempergunakan linguistik dan
subjek seni dan
cenderung memusatkan dirinya
pada karya komunikasi.
Dalam garis
besarnya komunikasi dapat
disimpulkan sebagai penyampaian
informasi dan pengertian
dari seseorang kepada orang lain. Komunikasi akan dapat berhasil baik apabila
sekiranya timbul saling pengertian,
yaitu jika kedua belah pihak si
pengirim dan si penerima informasi dapat
memahami. Hal ini tidak berarti bahwa kedua belah
pihak harus menyetujui
sesuatu gagasan tersebut.
Yang penting adalah
kedua belah pihak
sama-sama memahami gagasan tersebut. Dalam hal seperti inilah baru apat
dikatakan bahwa komunikasi telah berhasil baik.
3.
Fungsi
Komunikasi
Pengamatan yang
dilakukan oleh para
pakar komunikasi
mengemukakan fungsi yang berbeda-beda.
Thomas M. Scheidel mengemukakan bahwa berkomunikasi teruta ma
dapat untuk menyatakan dan
mengemukakan identitas diri,
untuk membangun kontak sosial
dengan orang sekitar dan
untuk mempengaruhi orang
lain untuk merasa,
berpikir atau berperilaku
seperti apa yang diinginkan.
Namun tujuan dasar berkomunikasi adalah
untuk mengendalikan lingkungan fisik dan psikologis.
Berkenaan
dengan fungsi komunikasi tersebut, secara lebih spesifik dan kategorik, Mulyana
(2002) membagi menjadi empat klasifikasi
fungsi dalam komunikasi,
yaitu : fungsi
sosial, ekspresif, fungsi ritual,
dan fungsi instrumental.
Berikut di bawah ini dijelaskan secara singkat empat klasifikasi fungsi
komunikasi tersebut.
a.
Komunikasi Sosial
Fungsi
komunikasi sebagai komunikasi sosial setidaknya mengisyaratkan bahwa komunikasi
itu penting untuk membangun konsep diri kita, aktualisasi diri, untuk
kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan, lewat komunikasi yang bersifat menghibur
dan memupuk hubungan dengan orang lain.
Konsep diri
adalah pandangan kita mengenai siapa diri kita, dan itu hanya bisa kita peroleh lewat
informasi yang diberikan
orang lain kepada
kita. Manusia yang tidak
pernah berkomunikasi dengan manusia lainnya
tidak mungkin mempunyai kesadaran bahwa dia adalah manusia. Kita sadar
bahwa kita manusia karena orang-orang di sekeliling kita menunjukkan kepada
kita lewat perilaku verbal dan non verbal mereka bahwa kita manusia. Konsep diri kita yang paling dini umunya
dipengaruhi oleh keluarga, dan orang lain di sekitar kita termasuk kerabat.
Mereka itulah yang disebut sebagai significant others.
b.
Komunikasi Ekspresif
Komunikasi Ekspresif
tidak otomatis bertujuan
untuk mempengaruhi orang
lain, namun dapat
dilakukan sejauh komunikasi tersebut menjadi instrumen
untuk menyampaikan
perasaan-perasaan kita. Perasaan-perasaan tersebut terutama
dikomunikasikan melalui pesan-pesan non verbal.
c.
Komunikasi Ritual
Komunikasi ritual
erat kaitannya dengan
komunikasi ekspresif. Komunikasi
ritual biasanya dilakukan secara kolektif.
Suatu komunitas biasanya
melakukan upacara-upacara tertentu.
Dalam acara upacara
tersebut, mereka mengucapkan
kata-kata atau menampilkan perilaku-perilaku tertentu
yang bersifat simbolik. Mereka yang berpartisipasi dalam
bentuk komunikasi ritual
tersebut menegaskan kembali
kommitmen mereka kepada
tradisi keluarga, suku, bangsa, negara, ideologi atau agama mereka. Hingga
kapanpun ritual tampaknya akan tetap menjadi kebutuhan manusia,
meskipun bentuknya berubah-ubah,
demi pemenuhan jati
diri sebagai individu,
sebagai anggota komunitas sosial dan sebagai salah satu unsur dari alam
semesta.
d.
Komunikasi Instrumental
Tujuan
komunikasi instrumental antara lain; menginformasikan, mengajar, mendorong,
mengubah sikap dan keyakinan, dan mengubah
perilaku atau menggerakkan tindakan,
dan juga untuk menghibur.
Bila diringkas maka kesemua tujuan
tersebut dapat disebut membujuk (bersifat
persuasif). Komunikasi yang
berfungsi meberitahukan atau
menerangkan (to inform)
meandung muatan persuasif
dalam arti bahwa
pembicara menginginkan
pendengarnyna mempercayai bahwa fakta
atau informasi yang disampaikannya
akurat dan layak untuk diketahui.
Bahkan
komunikasi yang menghibur (to entertain) pun secara tidak langsung membujuk
khalayak untuk melupakan persoalan hidup mereka.