Thursday 17 December 2015

Cara Menghasilkan uang dari Hp Android

Bingung mau cari pengahasilan tambahan dari mana?
gampang bro, sekarang HP Android kamu bisa menghasilkan uang. mau tahu caranya??

Syarat ketentuan:
* HP harus Android
* Punya Kuota Internet
* Niat dan Tekat

Caranya:
* Buka PlayStore
* Download dan Install Aplikasi WHAFF di Hp kamu
*  Login dengan fb
* Masukkan Kode CO05510 untuk mendapat fee pertamamu sebesar $0.30
* tahap selanjutnya, kumpulkan uang dengan mndownload aplikasi dan meainkannya.

Mudahkan!!! :)

Info:
khalimart.blogspot.com

Thursday 26 November 2015

Download Adobe Photoshop CS6 Full Version

KhalimArt  >> PhotoShop, Photo= foto lan Shop= toko/ benkel. Intinya, photoshop yoiku pusat servis menservis masalah foto (bengkelnya foto bro). hananging, basisnya bitmap (kotak-kotak). Faham to bro?? gampil to? :)









ini bro, tinggal download langsung adobe photoshop CS6 + Crack.


Link Download:

KumpulBagi

4Shared






Kritik dan saran kalian very dibutuhkan :)
Kalo ada yang ditanyakan. Sumonggo. 

Download Adobe Photoshop CS3

KhalimArt >> PhotoShop, Photo= foto lan Shop= toko/ benkel. Intinya, photoshop yoiku pusat servis menservis masalah foto (bengkelnya foto bro). hananging, basisnya bitmap (kotak-kotak). Faham to bro?? gampil to? :)

ini bro, tinggal download langsung adobe photoshop CS3.

Link Download:

KumpulBagi

4Shared

GoogleDrive


Kritik dan saran kalian very dibutuhkan :)
Kalo ada yang ditanyakan. Sumonggo. 

Tutorial Mengenal Photoshop

KhalimArt->> Piye kabare bro? :D , sekarang ni, kita will dolanan tentang bongso alus (softwere) yaitu photoshop. apo sih Photoshop?

PhotoShop, Photo= foto lan Shop= toko/ benkel. Intinya, photoshop yoiku pusat servis menservis masalah foto (bengkelnya foto bro). hananging, basisnya bitmap (kotak-kotak). Faham to bro?? gampil to? :)

Langsung wae ya bro.

Cara Membuka Softwere Photoshop:

>> Pastikan wes diInstall Photoshopnya. Download CS3 or Download CS6
>> Start menu > All Program > Adobe > Photoshop *** (windows 7)
>> Tekan tombol windows pada keyboard (papan ketik) >  ketik Photoshop > Ketemu dehhh :) (windows 8/ 8.1)

Kompone Photoshop meliputi;

Menu Bar (Batang Menu) lan Title Bar (Batang Judul)







Tool Box   (Wadah Perabotan) gambar miring                                                                                    




Pallete (Wadah Warna), Layer, Any more. Bisa diatur bro.

 




































Minimize, Resize, and Close Buttom 


Status Bar 



Canvas



Itulah pengertian photoshop, cara menyalakan dan macam-macam komponenya. Mugi-mugi manfaat. :)

ini ada link  tutorialnya nih:

Link 1 ]] Link 2 ]] Link 3

Link Download

Link 1 ]] Link 2 ]] Link 3


Kritik dan saran kalian very dibutuhkan :)
Kalo ada yang ditanyakan. Sumonggo. 


Monday 23 November 2015

Tutorial Photoshop Basic_ Cepat, mantap, dan akurat

  Photoshop adalah software yang digunakan untuk memodifikasi gambar atau foto secara profesional baik meliputi modifikasi obyek yang sederhana maupun yang sulit sekalipun. Photoshop merupakan salah satu software yang berguna untuk mengolah gambar berbasis bitmap, yang mempunyai tool dan efek yang lengkap sehingga dapat menghasilkan gambar atau foto yang berkwalitas tinggi (jika ingin lebih jauh mengetahui tentang gambar berbasis bitmap silakan download dokumennya di sini).Kelengkapan fitur yang ada di dalam Photoshop inilah yang akhirnya membuat software ini banyak digunakan oleh desainer grafis profesional. Dan mungkin juga sampai saat ini masih belum ada software desain grafis lain yang bisa menyamai kelengkapan fitur dalam Photoshop.

Pada kesempatan kali ini, kami memberikan link tutorial photoshop basic dan link downloadnya.
Berikut link tutorial dan downloadnya:
1.         Pengenalan Photoshop     ( Tutorial )     ( Download )

2.         Tutorial Photoshop All Tools for basic     ( Tutorial )     ( Download )

3.         Spot Healing Brush Tool                ( Tutorial )     ( Download )

4.         Pact Tool       ( Tutorial )     ( Download )

5.         Lasso tool      ( Tutorial )     ( Download )

6.         Gradien                      ( Tutorial )     ( Download )

7.         Marquee tool ( Tutorial )     ( Download )

8.         Cara Menyeleksi dengan Extract  ( Tutorial )     ( Download )

9.         Cara Setting Photoshop biar kenceng    ( Tutorial )     ( Download )

10.      Cara Menyetting Photoshop CS3 ( Tutorial )     ( Download )

11.      Cara Mengganti Warna      ( Tutorial)     ( Download )

12.      Cara Mencerahka gambar ( Tutorial)     ( Download )

13.      Cara Merubah Background           ( Tutorial )     ( Download )

14.      Cara Merubah Muka           ( Tutorial )     ( Download )

15.      Cara Menambah Gambar pada Objek     ( Tutorial )     ( Download )

16.      Cara Membuat Kaos Sablon Wajah         ( Tutorial )     ( Download )

17.      Cara Merubah Warna Rambut      ( Tutorial )     ( Download )

18.      Cara Menambah tato          ( Tutorial )     ( Download )

19.      Magic Wand  ( Tutorial)     ( Download )

20.      Manipulasi    ( Tutorial)     ( Download )

21.   Merubah kepala ( Tutorial )     ( Download )


Semoga Bermanfaat. JJJ


Cara Membuat Mesin Pencari (Search Engine) di blog anda

Tentu kita semua sudah tahu apa itu Search Engine, kalau belum tahu ade jelaskan search engine adalah mesin pencarian agar kita lebih mudah mencari judul ataupun kata2 yang berkenaan dengan blog kita.
Saat ini Search Engine tidak bisa dipisahkan dalam dunia internet. Dengan Search Engine kita bisa mencari tahu tentang suatu hal yang kita inginkan sesuai dengan keyword yang kita ketikkan, yang mau dibahas disini adalah bagaimana caranya membuat search engine diblogger . Caranya sangat mudah, yaitu:

Cara yang pertama :

dengan menuju 
Tata Letak terus pilih Elemen Halaman kemudian disitu ada tulisanTambah gadget klik link kotak Penelusuran (Baru) seperti gambar dibawah ini :


Cara yang kedua :

1. Login ke blogger terus klik Tata Letak terus pilih Elemen Halaman kemudian disitu ada tulisan Tambah gadget klik link tersebut dan sesuaikan dimana tempatnya menaruh search engine
2. kemudian pada layar baru yang muncul pilih HTML/Javascript kemudian copy/paste script/kode berikut ini di dalam kolom konten.
nama-blogmu
.blogspot.com/search" method="get"> 30

" type="text"/>

Ganti nama-blogmu dengan nama blog kamu contoh menjadi adesyams.blogspot.com. Angka 30 menunjukkan panjang kotak (text box) semakin banyak angkanya maka semakin panjang textbox-nya.
"Semoga Sukses"
Demikianlah artikel mengenai :
Cara Membuat Mesin Pencari (Search Engine) di blog
Semoga Bermanfaat..

SEJARAH SENI RUPA BALI_Sejarah Seni Rupa Indonesia


SEJARAH SENI RUPA BALI

Sejatinya seni lukis Bali merupakan bagian terpenting dalam perkembangan sejarah seni rupa Indonesia. Namun babakan sejarahnya dibaca berbeda dalam perkembangan seni rupa Indonesia. Hal ini dapat dicermati dari berbagai tulisan serta terbitan buku-buku seni rupa, yang selalu mengulas seni lukis Bali pada kolom yang berbeda. Seperti buku karya Claire Holt, (Art in Indonesia, Continuities and Change, 1967), pendapat Holt, salah satu pokok pembeda adalah persoalan kehadiran dan pengaruh Islam di Jawa. Tradisi yang hidup di Bali, menurut Holt mendapat perhatian khusus dan terpisah karena tidak seperti budaya Jawa yang praktis telah lenyap dengan tersebarnya agama Islam, kehidupan ritual Hindu-Budha di Bali terus berkembang tanpa gangguan sampai abad ke duapulahan. (Enin Supriyanto, 2014, Gede Mahendra Yasa “Post Bali” hal 11). Kemudian hal tersebut dipertajam dalam bukunpengantar Indonesia Heritage Volume 7, 1998 ditulis Hilda Soemantri, Bali merupakan bagian yang terpisah dan tak berhubungan dengan perkembangan yang ada di Jawa ataupun bagian lain Indonesia secara keseluruhan. Maka dalam buku ini seni rupa Bali baik yang “tradisional” maupun yang “modern” dan “kontemporer” diulas khusus dan terpisah dari “Indonesia” (Enin Supriyanto, 2014, Gede Mahendra Yasa “Post Bali” hal 11).

 Pertanyaan yang muncul kemudian haruskah seni lukis Bali memiliki tempat yang berbeda? Kedua kenapa hal tersebut dibedakan, disengaja? Atau ada hal lain yang melatar belakangi harus dibedakan? Tentunya pertanyaan sederhana tersebut akan membongkar ulang akar sejarah seni lukis Bali, hingga akan banyak rentetan pertanyaan yang muncul kemudian untuk menempatkan utuh seni lukis Bali dalam jajaran seni rupa ‘Indonesia”.

Sudah menjadi bacaan umum, perbedaan yang mencolok dari seni lukis Bali adalah ciri khas yang lahir dari keadaan lokal, keadaan lokal ini diartikan sebagai situasi yang tumbuh seiring nilai lain dari hasil budaya yang berkembang dari suatu daerah diwilayah nusantara, sebelum bernama Indonesia dan merdeka sebagai negara yang berdaulat. Kantung-kantung kebudayaan ini kemudian mentrasformasi nilainya menjadi ciri kekhasan dari setiap daerah, dengan tata pemerintaah kerajaan yang bebeda pula. Keyakinan serta kepercayaan terhadap suatu agama, keyakinan aliran kepercayaan dan lain-lain sangat besar berpengaruh dalam membentuk karakter suatu daerah di nusantara. Walapun disadari garis utuh ciri-ciri kebudayaan disetiap daerah masih memiliki sifat kesamaan.

Begitu pula hal yang lebih luas diamati, kebudayaan nusantara tentunya berusaha mengelola nilainya untuk berbeda dari kebudayaan negeri tetangga sehingga ketika ditampilkan dalam bentuk-bentuk pertukaran budaya serta saling mengirim misi kebudayaan, serta akan menampilkan ciri-ciri yang berbeda pula sehingga kata terakhir disebut identitas. Identitas inilah yang kemudian menjadi pemicu untuk melahirkan terus menerus kreatifitas produk kebudayaan sehingga disebut memiliki identitas tersendiri dari produk kebudayaan lainya. Dari pemaparan singkat diatas mulai kiranya dapat dipahami sejauh mana kemudian identitas ini memiliki peran untuk memahami setiap gejolak perjalanan sejarah setiap waktu.

Seni Lukis Bali sebagai salah satu identitas produk kebudayaan nusantara, memilliki sejarah panjang memperkenalkan dirinya sebagai identitas nusantara. Lahir dari jaman kerajaan, mengalami masa kejayaan, surut oleh pergolakan peperangan melawan penjajah, hingga kemudian mengalami pengkebiran politik kesenian era kemerdekaan. Perjalanan sejarah seni lukis Bali telah memiliki akarnya tersendiri bersamaan dengan hadirnya masa kejayaan kerajaan di Bali. Cikal bakal lahirnya seni lukis Bali pada jaman kerajaan dapat ditinjau dari beberapa prasasti yang dikeluarkan oleh Raja anak Wungsu pada abad 11, kemudian dikenal adanya kelompok yang mempunyai keahlian melukis, yaitu salah satu prasasti terdapat goresan motif wayang yang menggambarkan Dewa Siwa. Didalam naskah-naskah kuno berupa lontar-lontar yang termuat cerita-cerita legenda atau ceritera wayang, banyak menggunakan ilustrasi gambar yang indah dalam ukuran kecil atau miniatur. Ilustrasi atau gambar tersebut merupakan cikal bakal seni lukis “klasik” Bali yang tumbuh dan berkembang hamper diseluruh Bali (Drs. I Dewa Made Pastika 2010,Tinjauan Sejarah Seni Lukis Gaya Pita Maha,).

Kemudian seni lukis wayang ini berkembang di mulai di Desa Kamasan, Kabupaten Klungkung Bali sekitar abad 15 dan mencapai masa kejayaan pada pemerintahan Dalem Waturenggong yang kemudian menyebarluaskan gaya Kamasan ke seluruh wilayah Bali. Sebagai Pusat kekuasaan, kerajaan Klungkung membuat bangunan monumental yang masih ada sampai saat ini yaitu bangunan gedung Kertha Gosa, dimana tempat tersebut merupakan tempat penghakiman/pengadilan dan rapat umum dengan menghadirkan mural wayang kamasan di langit-langit atap dengan berbagai cerita legendaris seperti perjalanan Bhima ke Swarga Loka, diah tantri, sang garuda amerta serta palelindon. Seiring penyebar luasan gaya Kamasan diseluruh wilayah Bali, ternyata pakem dan corak gaya Kamasan yang disebarluaskan mengalami perubahan rasa/ciri walaupun tidak frontal keluar dari syarat utuh pakem wayang Kamasan. Semisal di wilayah Tabanan bentuknya diperpanjang, ornamennya serta pakaian dipermegah serta daerah-derah lain di Bali.

Berangsur-angsur gaya Kamasan mengalami perkembangan di abad-abad berikutnya, mulai jelajah material hingga garapan teknik serta narasi yang mulai menyentuh hal-hal yang tidak bersifat religuitas, namun mulai menggarapan tema-tema social dan lain-lain. Bukti-bukti tersebut nampak pada karya-karya Ketut Gde, diakhir abad 18, memperlihatkan betapa visual gaya Kamasan berkembang dengan menghadirkan wajah-wajah orang asing, ekspresi dan lain sebagainya. Begitu pula menjelajah media berkembang di Kabupaten Buleleng, lahir gaya Naga  Sepaha  sebuah nama desa di Singaraja, yaitu melukis wayang diatas bidang kaca, perbedaannya dari segi bentuk tokoh-tokoh raksasa dibandingkan tokoh-tokoh dewa, dibuat lebih besar berbeda dengan garapan wayang diderah Bali selatan antara tokoh dewa dan raksasa ukuran anatominya hampir sama. Kemudian matrial dari kaca yang dilukis terbalik, berbeda dari melukis wayang pada umumnya dari bahan kanvas, kertas ulantaga dan kanvas kamasan terkenal karena dibuat khusus dengan matrial tertentu yang digarap melalui berbagai proses hingga terkesan lembut, kemudian digerus atau dihaluskan dengan kulit kerang yang sepintas seperti pori-pori kain sutra. Begitupula dengan kertas Ulantaga, yaitu bubur kayu yang diproses sehingga menjadi alami. Untuk pewarnaan karya-karya gaya Kamasan pada umunya menggunakan warna alami, seperti merah dari gincu, coklat muda dari batu gamping, warna putih dari tengkuk tulang babi yang dihancurkan seperti bubuk kemudian ada dari tanduk rusa/menjangan untuk memperoleh warna putih/zinkwhite. Warna hitam dibuat dari jelaga atau mangsi/ink  hasil dari kotoran lampu minyak yang diolah menjadi warna hitam untuk pembuatan garis dengan manghasilkan karya-karya gaya wayang Kamasan yang berwarna cerah, tajam serta kaya warna.

Seiring perkembangan sejarah serta interaksi perdagangan masa kerajaan dan penjajahan, matrial tersebut bergeser menggunakan produk-produk impor, seperti gincu china, tinta china, prada(warna emas), ancur sebagai perekat warna dan sebagainya. Sehingga memudahkan untuk menggarap karya lebih cepat. Pada dekade abad 18 an-19 an, karya wayang yang berkembang di wilayah Gianyar seperti  Ubud, Batuan, serta wilayah sekitarnya menjadi “mengalami perubahan” sehingga seolah-olah missinglink (keterputusan)  karya-karya tersebut berubah menjadimonocrhome, sephia dan hitam-putih, teks huruf Bali yang berisi kata-kata petuah serta identitas tokoh-tokohnya menghilang berangsur-angsur, walaupun dibeberapa karya masih nampak. Namun dimensi dekoratif Kamasan bertahan dengan bentuk-bentuknya mulai lebih berkembang.

Hal tersebut menurut analisa penulis diakibatkan pecahnya kerajaan di Bali menjadi kerajaan kecil-kecil setelah pemberontakan Agung Maruti yang berhasil menumbangkan kerajaan Klungkung/Kerajaan Gelgel dimasa raja Agung Dalem Dimade tahun 1665 dan berakhir tahun 1704. Kemudian dibantu oleh para tokoh-tokoh punggawa, manca yang dahulu tersebar saat pemberontaan pertama Kriyan Batan Jeruk serta I Dewa Anggungan sekitar tahun 1556, kedua pemberontakan I Gusti Talabah tahun 1578 namun kedua pemberontaan tersebut gagal, dan pemberontakan Agung Maruti berhasil. Gagalnya beberapa kali pemberontakan membuat  para manca tersebar keseluruh Bali.  Untuk mengembalikan kembali kedaulatan kerajaan para punggawa dan manca tersebut dipanggil untuk melawan kekuasaan Agung Maruti hingga kalah. Kemenangan tersebut membuat raja Klungkung/Gelgel memberikan berdirinya kerajaan-kerajaan kecil seperti Badung, Gianyar, Tabanan, Mengwi, Buleleng, Jembrana, Bangli, Karangasem dan lain-lain untuk otonom. Kerajaan Klungkung sendiri didaulat menjadi pusat kerajaan yang lebih memfokuskan masalah adat. Faktor tersebut menurut penulis sangat berperan dalam membentuk identitas kerajaan baru untuk membedakan dengan kerajan-kerjaan lainya di Bali.

Memasuki awal abad 19 bergolakan peperangan terjadi antara raja-raja Bali dengan pihak Belanda dimulai dengan perang puputan Badung 1906, puputan Klungkung 1908,  peperangan Buleleng, Karangasem dan seterusnya diawal abad 19 berdampak pada perubahan konstalasi politik di Bali. Sehingga Belanda memasuki Bali dalam situasi bumi hangus, karena kerajaan-karajaan tersebut rata-rata hancur dan terbakar yang berakibat kemudian Belanda mengalami tekanan hujatan dunia internasional yang luar biasa. Untuk menggembalikan rasa tanggungjawab pihak Belanda, kemudian Belanda menerapkan politik Baliseering, sebuah kebijakan politik yang menggembalikan kemurnian “asli” Bali yang diharapkan dapat melihat Bali seperti sedia kala. Dengan lahirnya banyak film dokumenter tentang Bali, dan karya-karya seni lukis Bali banyak dikoleksi museum dan private diluar, sehingga banyak wisatawan asing mulai tertarik ke Bali. Akibat politik Baliseering juga berdampak kepada dunia seni rupa di Bali. Kehadiran Walter Spies tahun 1927 tahun dan Rudolf Bonnet tahun 1929 mereka memutuskan menetap di Bali, sebagai seniman mulai menerapkan misi “memoderniskan” secara intensif dan berhubungan dengan pelukis Bali, walaupun sebelumnya ada pelukis asing yang pernah ke Bali seperti Nieuwenkamp karena tertarik dengan melihat karya Kamasan di negaranya yang dikoleksi Van Der Tuuk di universitas Laiden, namun tidak setinggi kedua pelukis asing tersebut bersentuhan dengan pelukis lokal.

Karya I Dewa Kompyang Kandel Ruka. 1936
Interaksi antara pelukis lokal dan asing kemudian terjadi saling terpengaruhan, karya-karya pelukis asing mengalami perubahan juga, misalnya Bonnet yang mulai meperlihatkan perbedaan karya ketika Bonnet masih di Eropa dengan karya-karya di Bali, begitupula karya Walter Spies ketika masih di eropa dengan di Bali. Sehingga beberapa penulis asing yang mengatakan pelukis lokal terpengaruh sepihak oleh pelukis asing patut dipertanyakan dan direvisi penulisannya. Dari interaksi tersebut dan dukungan politik kekuasaan, kemudian lahirlah sebuah kelompok Pita Maha (Pita artinya kreatifitas dan Maha artinya tinggi, agung, dsb)  tanggal 29 Januari 1936 dibidani, Tjokorde Agung Sukawati (Raja Ubud), Rudolf Bonnet, Walter Spies, I Gst Nyoman Lempad dan sederet nama-nama pelukis lain.

Dilihat dari sisi gerakan seni rupa, lahirnya Pita Maha merupakan sebentuk pernyataan simbol tentang keberadaan perupa Bali. Dengan adanya wadah organisasi tersebut kontrol terhadap mutu karya dan program pameran dapat dirancang dengan baik, sehingga praktis Pita Maha dijamanya berperan aktif dalam setiap event seni rupa, jejak Pita Maha dalam usahanya memperkenalkan seni lukis Bali keluar daerah dan macanegara sangatlah gigih, dan kemudian pada pameran dunia di Paris, Perancis dua anggota Pita Maha mendapatkan mendali Perak yaitu Ida Bagus Gelgel dan Ida Bagus Kembeng (Suwaji, 1981). Suasana perdebatan dan adu argumen terus berjalan, salah satu  pelukis Nyoman Ngendon sangat berani menentang Bonnet dalam banyak hal mengenai sudut pandang berkarya dan berkesenian.

Pita Maha kemudian melahirkan dua gaya gaitu gaya Ubud dan Gaya Batuan, dimana gaya Ubud adalah hasil interaksi dengan kecendrungan menampilkan unsur fotografis walaupun tidak sempurna sedangkan Gaya Batuan adalah hasil interaksi teknik-teknik Barat sederhana dan masih mempertahankan local genius seni lukis Kamasan. Selain itu di Ubud juga lahir gaya Young Artist dikembangkan oleh Arie Smit, namun gaya ini lebih menonjolkan corak warna yang meriah dan dekoratif, meniru aliran fauvisme di barat. Pecahan aliran/gaya tersebut menyebar dan Sanur mendapatkan turunan gaya Batuan.  Namun dari perkembangan seni lukis Bali di Ubud sebagai sentral, praktis seolah-olah gaya Kamasan terkunci dianggap klasik dan tradisional, fakta tersebut dapat dilihat dengan lahirnya Museum Puri Lukisan yang mengusung wacana seni lukis modern Bali.

Semangat universalisme modernisme merasuk memetakan dua kutub modern atau tradisional pada wacana seni lukis Bali. Begitu juga seterusnyas seni lukis Bali dianggap tradisional jika kemudian disandingkan dengan seni rupa “nasional?” dengan digandang-gandang Raden Saleh sebagai cikal-bakal seni rupa modern Indonesia? Padahal jika disandingkan sejarah seni lukis Indonesia modern dengan data-data yang ada patut diperbaiki kembali pemetaannya, karena seni lukis Bali mengalami perkembangan yang “mungkin lebih dahulu” jika ditarik dari era Raden Saleh. Namun kekuatan konspirasi politik kesenian di Indonesia yang masih minder dan kolot menempatkan kelokalan sebagai sesuatu yang usang dan tradisionil.

Kembali pada perjalanan seni lukis Bali, diera pergerakan revolusi, perlawanan terhadap Belanda berkobar-kobar, pelukis Nyoman Ngendon, Djatasura, dan lain-lain berjuang memangku senjata untuk melawan Belanda, dan ketika era revolusi, tahun 40-an pelukis Ngendon sempat bertemu Affandi, S.Sujojono dan lain-lain. Dari interaksi tersebut lahirlah karya-karya Ngendon yang bertemakan perjuangan hingga kemudian Nyoman Ngendon, I.B.M Djatasura gugur pada medan pertempuran menjadi pahlawan Kusuma Bangsa.

Di-era kemerdekaan  tahun 60-an para kaum muda Bali yang mengeyam pendidikan senirupa di luar Bali mulai memperaktekan “seni lukis modern” hasil studi karya-karya mereka yang dianggap “modernis” berdampak pada arus besar pelukis-pelukis muda datang ke luar daerah menyemam pendidikan, hingga lahir sebuah organisasi Sanggar Dewata Indonesia (SDI) di tahun 70-an. Corak modernis sebagai akar dijadikan rujukan, espresionis, abstarak, dan lain-lain, kemudian di era 80-an mengakat identitas ke Bali-an dengan njelebret symbol-simbol hinduistik sebagai narasi seperti tamyang, cilli-cillian, senjata-senjata dewata nawasanga barong-barongan dan lain-lain.

Masuknya modernis SDI serta ditunggangi penulis “nasional” mempertajam jurang antara wacana modern dan tradisional, hingga kospirasi akademis, yang kemudian menjadi pengajar di perguruan-perguruan seni di Bali, serta pendidikan menegah seni rupa, praktis seni lukis Bali dianggap tradisional serta jenjangnya hanya sampai tingkat sekolah menengah. Otomatis perupa yang ingin melanjutkan pendidikan keperguruan tinggi yang berlatar belakang seni lukis Bali, akhirnya pasrah memulai belajar seni lukis “modern”. Dengan memangkas keahlian mengenal matrial serta media seni lukis Bali. Seharusnya dengan lahirnya jurusan seni lukis Bali disebuah perguruan akan berdampak pada pengembangan dan eksplorasi kreatif serta penjelajahan wacana seni lukis Bali akan semakin tajam. Walapun ada kemudian penulisan riset akademis serta idndividu terjadi, namun masih  ragu-ragu, menganggap seni lukis Bali “tradisional” meningkat menjadi pasca tradisional….sungguh terlalu.

Seni lukis Bali berkembang lewat sanggar-sanggar kecil serta perupa-perupa  mulai mendapat tempat, seperti Wayan Bendi, Ketut Soki, Dewa Putu Mokoh, Kadek Murniasih. Disamping itu, banyak penulis asing yang melakukan riset sejarah terhadap perkembangan seni lukis Bali, dengan menempatkan seni lukis Bali diluar negeri sebagai seni rupa kontemporer. Kemudian hadirnya wacana Bali Bangkit di tahun 2000-an awal cukup memberi andil menempatkan posisi seni lukis Bali, walaupun kemudian banyak bacaan yang tumpang tidih dan masih tunduk terhadap pewacanaan modernitas yang sudah usang. hingga  pembacaan seni lukis Bali di ranah seni rupa nasional selalu ditempatkan berbeda, hal inilah yang perlu digaris bawahi untuk kemudian melihat seni lukis Bali sebagai identitas seni rupa Indonesia yang sesungguhnya. Kenapa demikian karena faktor kontruksi dan instrumen kerupaan telah hadir dan diakui dunia sebagai karya seni lukis“painting” bukan craft atau kerajinan. Status ini merupakan modal besar menempatkan identitas seni lukis Bali bertarung ditingkat global dengan seni rupa mancanegara, dengan saat ini, kiranya dapat dilihat seperti China, Korea, Jepang, Vietnam telah bangkit memperkenalkan identitas seni rupa mereka di dunia seni rupa kontemporer.

Memasuki tahun 2014, kembali ranah seni lukis Bali melahirkan kelompok NEO PITAMAHA tepatnya 29 Januari 2014, sebuah kelompok seni rupa di Bali yang mengusung akar seni lukis Bali yang dimotori I Gede Mahendra Yasa, Ketut Moniarta, Kemal Ezedine, Tang Adimawan, dan lain-lain. Lahirnya kelompok ini bukan serta-merta melihat Neo-kebaruan dari Pita Maha, namun meminjam semangat Pita maha untuk dihadirkan dalam dunia seni rupa kontemporer yang lebih plural. Kelompok ini setiap individunya memiliki latar belakang yang berbeda satu dengan yang lainya. I Gde Mahendra Yasa, Ketut Moniarta, Kemal Ezedine hadir dari dunia “kotemporer” sedangkan yang lain murni dari akar seni lukis “tradisional” Bali sehingga terjadi Hybriditas, makna penyilangan ini tentu manghadirkan sesuatu yang baru bagi jelajah individu masing-masing perupa dalam biangkai seni lukis Bali.

Akar seni lukis Bali menurut ‘analisa” Neo Pitamaha  adalah drawing hal ini menjadi tumpuan pengembangan seni lukis Bali disamping pengenalan material bahan kanvas, warna, proses penggarapan karya dan lain-lain. Drawing dalam seni lukis Bali, ada yang dinamakan Rerajahan, (menorehkan) rerajahan adalah gambar-gambar symbol-simbol mistik yang selesai dikerjakan dengan gambar-gambar drawing dan selesai. Berbeda dengan pengerjaan karya lukisan Bali yang memerlukan tahapan-tahapan proses, seperti nyeket,(sketsa) ngontur,(mempertegas sketsa dengan tinta)ngeskes/nyelah, (mengatur volume  objek-objek karya, jauh deketnya)ngewarna,(memberian warna), nyenter (memberikan tekanan jatuhnya cahaya pada objek karya) dan lain-lain, sehingga Setiap perupa punya pekerjaan rumah masing-masing untuk kreatif menjelajah ‘aliran, gaya, mazab’ yang  hadir dalam perkembangan seni lukis Bali.

Pameran pertama seni lukis Bali secara tunggal dihadirkan I Gede Mahendra Yasa dengan tema Post Bali, dikuratori oleh Enin Supriyanto di gallery ROH Project Jakarta 1 maret 2014. Dalam pameran tunggal tersebut Mahendra Yasa menghadirkan karya-karya kontemporer bernafaskan seni lukis Bali, ternyata sambutan positif dan antusias datang dari penulis, pengamat dan para perupa lain. Hadirnya seni lukis Bali dalam kancah seni rupa kontemporer akan berbeda dari visual-visual umum ‘kontemporer” yang hampir seragam di seluruh dunia. Disinilah letak keyakinan Mahendra Yasa untuk terus mengeksplorasi seni lukis Bali sebagai identitas kontemporer ke-Indonesia-an. Perupa yang lain anggota Neo Pitamaha, Ketut Moniarta yang juga berlatar belakang kontemporer mencoba menjelajah tahap awal untuk eksplorasi drawing seni lukis Bali dengan mencoba terus menerus mengenal material seni lukis Bali hingga ke new media art, hingga kini karyanya jauh berbeda dengan karya-karya kontemporer Moniarta sebelumnya. Kemal Ezedine salah satu perupa yang menerapkan keyakinan seni lukis Bali dikembangkan dalam dunia seni lowbrow, street art dan Mural Art menyakini bahwa mural di Gedung Kertha Gosa, merupakan karya mengagumkan, terinspirasi oleh Kertha Gosa serta memiliki kepekaan sebagai perupa lowbrow ,street art dan Mural, Kemal akhirnya mencoba menawarkan seni lukis Bali dalam wilayah kotemporer yang bernafaskan lowbrow, street art dan Mural. Kemudian perupa-perupa lain yang datang dari seni lukis”tradisional” Bali, mulai tahap-demi tahap mencoba untuk lebih eksploratif memahami seluk-beluk karya yang dianggap bisa hadir dalam seni rupa kontemporer. Dengan demikian kelompok Neo Pitamaha adalah pelanjut perjalanan sejarah seni lukis Bali yang mencoba menghadirkan identitas seni lukis Bali dalam seni rupa kontemporer.

Kehadiran kelompok Neo Pitamaha ini mencoba terus menggali kedalaman estetik, wacana, media seni lukis Bali­­­­, yang akan dihadirkan dalam setiap event pameran seni rupa. Tentunya dengan semangat identitas seni lukis Bali, saat ini sudah selayaknya untuk siap menerima warisan leluhur sebagai modal dasar dalam bertarung dikancah seni rupa kontemporer baik nasional maupun dunia.



Sejarah seni rupa Bandung_Sejarah Seni Rupa Indonesia

SEJARAH SENI RUPA BANDUNG

Melihat sangat luasnya ruang lingkup seni rupa maka penulis dalam hal ini hanya akan membeberkan perkembangan seni murni saja karena mengingat seni murni dianggap sebagai pencetus awal modernisasi seni rupa Indonesia.
Perkembangan seni rupa Bandung ditandai dengan munculnya kelompok seni rupa Hindia Molek atau “Mooi Indie”  kelompok ini banyak menggambarkan lukisan-lukisan yang bertemakan pemandangan alam yang indah dan objek manusia. Ini dipertegas oleh Sudarmaji bahwa:
Masa ‘Hindia Jelita’, atau masa ‘Hindia Indah’, atau ‘Mooi Indie’, apapun namanya, masa itu merupakan masa yang menonjolkan sesuatu sifat yang diakibatkan sebagai suatu cara melihat dan memandang dunia sekelilingnya  dari aspek visualnya. Para seniman  pada masa ini memandang gejala sekelilingnya dari sudutnya yang molek, yang cantik, indah, permai dalam memuja alam Indonesia, terutama gunungnya, laut, sawah, bunga-bunga, manusia terutama gadis-gadis Indonesia yang cantik (Dharsono, 2004:143).
Kelompok ini muncul tentu tidak lepas dari pengaruh pelukis Barat (penjajah) yang melukis bertaraf hanya sebagai hobi atau kesenangan belaka. Hindia Molek atau “Mooi Indie” adalah sebuah perkembangan seni rupa sebelum lahirnya PERSAGI (Persatuan Ahli Gambar Indonesia). Semenjak dari masa itu perkembangan seni rupa atau bahkan kebudayaan di Indonesia merupakan perkembangan yang terlepas dari seni rupa prasejarah bahkan hal ini merupakan pembuka babak baru seni rupa modern Indonesia. Sekitar tahun 1908-1937 pelukis-pelukis “Mooi Indie” banyak memilih tempat untuk menetap di Bandung ini disebabkan karena alam keindahan Bandung merupakan objek yang sangat mendukung  dalam berkarya rupa pada saat itu, misalnya Abdullah Suryosubroto ia memilih Bandung yang akhirnya ia menetap di sana dengan alasan karena banyak orang asing bermukim yang merupakan konsumen utama seni lukis baru. Namun yang lebih penting bahwa Bandung merupakan letak yang strategis  karena berada di tengah-tengah alam raya yang indah dengan dikelilingi gunung-gunung  yang merupakan sorga bagi seorang pelukis “Mooi Indie”.
”…Rentang pandang kebiruan kaki langit dengan puncak gunung diselimuti awan tipis, mainan cahaya disela-sela bambu dan hutan belantara serta keelokan jalan atau sungai yang mengalir jernih menawan, melingkar di antara semak-semak dan pepohonan berlumut yang dipadu dengan hamparan sawah yang belum ditanamai. Bentang alam pegunungan yang tampak menghijau laksana lautan hijau mengepung gunung, di bawah sinar matahari pagi dengan senyum awan tipis lukisan Abdullah Suryosubroto mampu membawakan rasa keharuan dan perasaan tentram, yang telah hilang ditelan hiruk keramaian kota. Tidaklah mengherankan apabila lukisannya banyak diminati  orang-orang asing dan orang-orang Indonesia sendiri (Kusnadi dalam Dharsono, 2004:144).
Seni rupa Bandung merupakan salah satu muatan seni rupa modern dan kontemporer di Indonesia. Kalau kita lihat ke belakang hingga munculnya Pelukis Lima Bandung tentulah kita akan dapat menyimpulkan bahwa Bandung merupakan motor pergerakan seni rupa Indonesia dari pra-kemerdekaan, pasca kemerdekaan hingga sekarang. Seniman lainnya yang seangkatan dengan Abdullah Suryosubroto sebagai pengisi masa “Mooi Indie” yaitu Sukardji dan Kendar Kerton yang kemudian disusul oleh kelompok Lima Bandung yang aktif pada tahun 1935-1940 yaitu Affandi, Barli, Wahdi, Sudarso dan Hendra. Mereka semua merupakan seniman yang hidup dan berjaya di masa Kolonial hingga sekarang. Dengan pendidikan dari Belanda para pelukis Bandung masa lalu telah bisa membaca literatur Barat  antara lain gambar reproduksi  karya seniman Barat yang terkenal pada waktu itu.
Masa Pendidikan Tinggi Tahun 1947-1960-an
Lahirnya lembaga pendidikan seni rupa secara formal maupun nonformal sangatlah berarti bagi perkembangan seni rupa di Bandung, dengan berawal dari berdirinya sanggar-sanggar sebagai transformasi teknis, pengalaman, wawasan di antara para peserta didik. Baru sekitar tahun 1947 pendidikan tinggi seni rupa formal berdiri, pendirian ini berdasarkan pada  pemikiran seorang guru SMU bernama  Simon Admiral dan Ries Mulder, seorang seniman kebangsaan Belanda, dengan alasan bahwa bangsa Indonesia sudah tidak adil diperlakukan oleh Belanda.
Jika bangsa yang dijajah itu mendapatkan pendidikan dengan metodologi seperti Eropa, Barat, tentulah akan maju. Berangkat dari pemikiran bangsa Indonesia telah memiliki kemampuan tinggi dalam berolah seni dan telah dibuktikan dengan banyaknya karya-karya tradisional dan aktivitas seni lainnya, ini mendorong untuk didirikannya lembaga pendidikan tinggi seni rupa. Maka pada tanggal 1 Agustus 1947 didirikan “Universitaire Leergang Voor de Opleiding Tekenlaren” yang kemudian diubah ke dalam bahasa Indonesia dengan nama “Balai Pendidikan Universiter Guru Gambar” yang tergabung dalam  Fakultas Ilmu Pengetahuan Teknik, Universitas Indonesia di Bandung (kini FSRD- ITB) dengan dosen berkebangsaan Belanda  dan salah satunya dari kaum pribumi bernama Sjafei Soemardja dengan akta mengajar dari Belanda yaitu “Middlebare Akte” dan pada tahun 1956 di lembaga tersebut dibentuk jurusan melukis di samping pendidikan yang mencetak  guru gambar.
Kemudian lembaga yang mencetak guru seni rupa selanjutnya dikelola oleh FKIP-UNPAD (sejak 1961) dan kini lembaga pendidikan guru seni rupa  tersebut berada pada Jurusan Pendidikan Seni Rupa dan kerajinan IKIP Bandung yang sekarang menjadi UPI (Universitas Pendidikan Indonesia)
 Seni Rupa Bandung Tahun 1970-1980-an
Masa 70-an, ditandai oleh maraknya pembangunan di sektor ekonomi, hal ini ditandai dengan masuknya penanaman modal asing sehingga memajukan roda industri dan perekonomian. Pertumbuhan perekonomian menimbulkan krisis sosial sehingga mendorong timbulnya berbagai ketimpangan sosial. Hal ini dijelaskan oleh A.D. Pirous sebagai berikut:
Perkembangan ekonomi yang mengalami pertumbuhan, melahirkan berbagai ketimpangan yang mendorong pergolakan sosaial dan politik, seperti misalnya kasus “malari” pada 1974, serta gelombang protes dan demonstrasi mahasiswa (A.D Pirous, 2003:172).
Suasana seperti itu berimplikasi pada  ruang seni rupa, yaitu ditandai dengan lahirnya gaya seni yang mengarah pada nilai-nilai spiritual dengan lahirnya lukisan-lukisan yang bernafaskan ke-Islaman seperti kaligrafi. Hal ini terus berkembang sehingga bermunculan seniman-seniman kaligrafi. Ini ditegaskan dengan jelas oleh A.D. Pirous:
… berbagai pameran yang diikuti banyak seniman dengan beragam gaya, dari kecenderungan gaya ekspresif seperti: Affandi, dan Amri Yahya di Yogya, serta gaya meditatif dari Ahmad Sadali, A.D. Pirous, A. Subarna dari Bandung, hingga gaya surealistis seperti Saiful Adnan dari Yogya yang juga kuat memperkaya ragam bahasa visual seni lukis kaligrafi Islami … (A.D. Pirous, 2003:173)
Tumbuhnya perekonomian di Indonesia Era 80-an mendorong timbulnya kegiatan berkesenian yang  mengakibatkan lahirnya sejumlah kolektor, galeri, art dealer dan lain-lain, kemudian disusul pembangunan perkantoran, hotel, real estate atau perumahan. Sehingga melahirkan kebutuhan barang seni sebagai elemen estetiknya. Ardiyanto (1998:55) menyebutkan …frekuensi penjualan lukisan dan pesanan patung mengalami lonjakan yang fantastis dan dengan sendirinya banyak seniman yang hidupnya berkecukupan, sehingga tidak salah jika G. Shidarta dalam makalah diskusi dalam pameran ASEAN ke-3 di Jakarta mensinyalir bahwa kecenderungan besar di mana seniman (seni) mengabdi kepada kekuatan ekonomi.
Realitas lain para perupa pemberontak pada masa ini mayoritas muncul dari kalangan mahasiswa akademi seni rupa di Bandung, mereka menganggap bahwa lembaga tempat menimba ilmu dinilai kaku, konservatif dan tidak progresif dalam menyikapi perkembangan seni rupa Indonesia. Pendek kata lembaga pendidikan seni rupa tidak dapat mengakomodir berbagai gagasan, motivasi atau keinginan kaum muda ( Ardiyanto, 1998:55).
Karya-karya yang dilahirkan pada masa ini tidak lagi memperhatikan nilai-nilai estetik dan mengejar wilayah artistik baru bahkan keluar dari wilayah dengan kode khusus, mereka menganggap praktek eksplorasi artistik sebagai ciri modernisme tidak dianggap penting. …pencarian esensi ekspresi, eksplorasi media, perkara orisinalitas, pencarian teknik baru tidak dipersoalkan pada karya-karya di era tahun 80-an… (Jim Supangkat dalam Ardiyanto, 2003:56).
Praktek seni rupa yang mempunyai kecenderungan menyimpang ini antara lain seperti karyanya Acep Zam-zam Noor, Irwan Karseno dengan mengangkat isu seks kemudian tokoh lainnya seperti Tisna Sanjaya dan Kristiawan, menyelenggarakan pameran gambar di sepanjang jalan Cikapundung-Bandung.
Pemilihan ruang publik tidak saja dikarenakan perkara ukuran yang relatif lebih besar namun secara tidak disadari hal ini jadi lebih dekat dengan lahirnya karya seni yang dapat diapresiasi oleh masyarakat khususnya warga kampus ini dilakukan oleh mahasiswa seni rupa IKIP Bandung (sekarang UPI) angkatan 1981 mereka mendobrak bahwa karya itu tidak selalu individual. Peristiwa ini sempat menjadi polemik dan kekalutan pada masyarakat kampus (Ardiyanto, 1998:62).

·        Mengapa sanggar masih dibutuhkan padahal akademi sudah ada?
Sanggar pada masa itu masing sangat dibutuhkan, karena sanggar adalah tempat dimana perupa bisa melatih kesenirupaannya disitu. Apalagi sanggar menerima banyak sekali kouta untuk seorang yang ingin belajar kesenirupaan, berbeda dengan akademi yang mana kuota untuk belajar seni itu sedikit.

Jadi sanggar dijadikan sebagai ekstrakulikuler yang tidak terbatas waktu. Kata lain dari sanggar adalah tempat berkumpulnya perupa-perupa yang ingin mengembangkan bakatnya. Sanggar = Komunitas perupa.