Bingung mau cari pengahasilan tambahan dari mana?
gampang bro, sekarang HP Android kamu bisa menghasilkan uang. mau tahu caranya??
Syarat ketentuan:
* HP harus Android
* Punya Kuota Internet
* Niat dan Tekat
Caranya:
* Buka PlayStore
* Download dan Install Aplikasi WHAFF di Hp kamu
* Login dengan fb
* Masukkan Kode CO05510 untuk mendapat fee pertamamu sebesar $0.30
* tahap selanjutnya, kumpulkan uang dengan mndownload aplikasi dan meainkannya.
Mudahkan!!! :)
Info:
khalimart.blogspot.com
Thursday 17 December 2015
Thursday 26 November 2015
Download Adobe Photoshop CS6 Full Version
KhalimArt >> PhotoShop, Photo= foto lan Shop= toko/ benkel. Intinya, photoshop yoiku pusat servis menservis masalah foto (bengkelnya foto bro). hananging, basisnya bitmap (kotak-kotak). Faham to bro?? gampil to? :)
ini bro, tinggal download langsung adobe photoshop CS6 + Crack.
Link Download:
KumpulBagi
4Shared
Kritik dan saran kalian very dibutuhkan :)
Kalo ada yang ditanyakan. Sumonggo.
ini bro, tinggal download langsung adobe photoshop CS6 + Crack.
Link Download:
KumpulBagi
4Shared
Kritik dan saran kalian very dibutuhkan :)
Kalo ada yang ditanyakan. Sumonggo.
Download Adobe Photoshop CS3
KhalimArt >> PhotoShop, Photo= foto lan Shop= toko/ benkel. Intinya, photoshop yoiku pusat servis menservis masalah foto (bengkelnya foto bro). hananging, basisnya bitmap (kotak-kotak). Faham to bro?? gampil to? :)
ini bro, tinggal download langsung adobe photoshop CS3.
Link Download:
KumpulBagi
4Shared
GoogleDrive
ini bro, tinggal download langsung adobe photoshop CS3.
Link Download:
KumpulBagi
4Shared
GoogleDrive
Kritik dan saran kalian very dibutuhkan :)
Kalo ada yang ditanyakan. Sumonggo.
Kalo ada yang ditanyakan. Sumonggo.
Tutorial Mengenal Photoshop
KhalimArt->> Piye kabare bro? :D , sekarang ni, kita will dolanan tentang bongso alus (softwere) yaitu photoshop. apo sih Photoshop?
PhotoShop, Photo= foto lan Shop= toko/ benkel. Intinya, photoshop yoiku pusat servis menservis masalah foto (bengkelnya foto bro). hananging, basisnya bitmap (kotak-kotak). Faham to bro?? gampil to? :)
Langsung wae ya bro.
Cara Membuka Softwere Photoshop:
>> Pastikan wes diInstall Photoshopnya. Download CS3 or Download CS6
>> Start menu > All Program > Adobe > Photoshop *** (windows 7)
>> Tekan tombol windows pada keyboard (papan ketik) > ketik Photoshop > Ketemu dehhh :) (windows 8/ 8.1)
Kompone Photoshop meliputi;
Menu Bar (Batang Menu) lan Title Bar (Batang Judul)
Tool Box (Wadah Perabotan) gambar miring
Pallete (Wadah Warna), Layer, Any more. Bisa diatur bro.
Minimize, Resize, and Close Buttom
Status Bar
Canvas
Kritik dan saran kalian very dibutuhkan :)
Kalo ada yang ditanyakan. Sumonggo.
PhotoShop, Photo= foto lan Shop= toko/ benkel. Intinya, photoshop yoiku pusat servis menservis masalah foto (bengkelnya foto bro). hananging, basisnya bitmap (kotak-kotak). Faham to bro?? gampil to? :)
Langsung wae ya bro.
Cara Membuka Softwere Photoshop:
>> Pastikan wes diInstall Photoshopnya. Download CS3 or Download CS6
>> Start menu > All Program > Adobe > Photoshop *** (windows 7)
>> Tekan tombol windows pada keyboard (papan ketik) > ketik Photoshop > Ketemu dehhh :) (windows 8/ 8.1)
Menu Bar (Batang Menu) lan Title Bar (Batang Judul)
Tool Box (Wadah Perabotan) gambar miring
Pallete (Wadah Warna), Layer, Any more. Bisa diatur bro.
Minimize, Resize, and Close Buttom
Status Bar
Canvas
Itulah pengertian photoshop, cara menyalakan dan macam-macam komponenya. Mugi-mugi manfaat. :)
Kritik dan saran kalian very dibutuhkan :)
Kalo ada yang ditanyakan. Sumonggo.
Monday 23 November 2015
Tutorial Photoshop Basic_ Cepat, mantap, dan akurat
Photoshop adalah software yang digunakan
untuk memodifikasi gambar atau foto secara profesional baik meliputi
modifikasi obyek yang sederhana maupun yang sulit sekalipun. Photoshop
merupakan salah satu software yang berguna untuk mengolah gambar berbasis
bitmap, yang mempunyai tool dan efek yang lengkap sehingga dapat
menghasilkan gambar atau foto yang berkwalitas tinggi (jika ingin
lebih jauh mengetahui tentang gambar berbasis bitmap silakan download
dokumennya di sini).Kelengkapan fitur yang ada di dalam Photoshop inilah
yang akhirnya membuat software ini banyak digunakan oleh desainer grafis
profesional. Dan mungkin juga sampai saat ini masih belum ada software
desain grafis lain yang bisa menyamai kelengkapan fitur dalam Photoshop.
Pada kesempatan kali ini, kami memberikan link tutorial photoshop basic dan link downloadnya.
Berikut link tutorial dan downloadnya:
Semoga Bermanfaat. J JJ
Cara Membuat Mesin Pencari (Search Engine) di blog anda
Tentu kita semua sudah tahu apa itu Search Engine, kalau belum tahu ade jelaskan search engine adalah mesin pencarian agar kita lebih mudah mencari judul ataupun kata2 yang berkenaan dengan blog kita.
Saat ini Search Engine tidak bisa dipisahkan dalam dunia internet. Dengan Search Engine kita bisa mencari tahu tentang suatu hal yang kita inginkan sesuai dengan keyword yang kita ketikkan, yang mau dibahas disini adalah bagaimana caranya membuat search engine diblogger . Caranya sangat mudah, yaitu:
Cara yang pertama :
dengan menuju Tata Letak terus pilih Elemen Halaman kemudian disitu ada tulisanTambah gadget klik link kotak Penelusuran (Baru) seperti gambar dibawah ini :
Cara yang kedua :
1. Login ke blogger terus klik Tata Letak terus pilih Elemen Halaman kemudian disitu ada tulisan Tambah gadget klik link tersebut dan sesuaikan dimana tempatnya menaruh search engine
2. kemudian pada layar baru yang muncul pilih HTML/Javascript kemudian copy/paste script/kode berikut ini di dalam kolom konten.
.blogspot.com/search" method="get"> 30
" type="text"/>
Tentu kita semua sudah tahu apa itu Search Engine, kalau belum tahu ade jelaskan search engine adalah mesin pencarian agar kita lebih mudah mencari judul ataupun kata2 yang berkenaan dengan blog kita.
Saat ini Search Engine tidak bisa dipisahkan dalam dunia internet. Dengan Search Engine kita bisa mencari tahu tentang suatu hal yang kita inginkan sesuai dengan keyword yang kita ketikkan, yang mau dibahas disini adalah bagaimana caranya membuat search engine diblogger . Caranya sangat mudah, yaitu:
Saat ini Search Engine tidak bisa dipisahkan dalam dunia internet. Dengan Search Engine kita bisa mencari tahu tentang suatu hal yang kita inginkan sesuai dengan keyword yang kita ketikkan, yang mau dibahas disini adalah bagaimana caranya membuat search engine diblogger . Caranya sangat mudah, yaitu:
Cara yang pertama :
dengan menuju Tata Letak terus pilih Elemen Halaman kemudian disitu ada tulisanTambah gadget klik link kotak Penelusuran (Baru) seperti gambar dibawah ini :
Cara yang kedua :
1. Login ke blogger terus klik Tata Letak terus pilih Elemen Halaman kemudian disitu ada tulisan Tambah gadget klik link tersebut dan sesuaikan dimana tempatnya menaruh search engine
2. kemudian pada layar baru yang muncul pilih HTML/Javascript kemudian copy/paste script/kode berikut ini di dalam kolom konten.
.blogspot.com/search" method="get"> 30
Ganti nama-blogmu dengan nama blog kamu contoh menjadi adesyams.blogspot.com. Angka 30 menunjukkan panjang kotak (text box) semakin banyak angkanya maka semakin panjang textbox-nya.
"Semoga Sukses"
Cara Membuat Mesin Pencari (Search Engine) di blog
Semoga Bermanfaat..
SEJARAH SENI RUPA BALI_Sejarah Seni Rupa Indonesia
SEJARAH SENI RUPA BALI
Sejatinya seni lukis Bali merupakan bagian
terpenting dalam perkembangan sejarah seni rupa Indonesia. Namun babakan
sejarahnya dibaca berbeda dalam perkembangan seni rupa Indonesia. Hal ini dapat
dicermati dari berbagai tulisan serta terbitan buku-buku seni rupa, yang selalu
mengulas seni lukis Bali pada kolom yang berbeda. Seperti buku karya Claire
Holt, (Art in Indonesia, Continuities and Change, 1967), pendapat Holt,
salah satu pokok pembeda adalah persoalan kehadiran dan pengaruh Islam di Jawa.
Tradisi yang hidup di Bali, menurut Holt mendapat perhatian khusus dan terpisah
karena tidak seperti budaya Jawa yang praktis telah lenyap dengan tersebarnya
agama Islam, kehidupan ritual Hindu-Budha di Bali terus berkembang tanpa
gangguan sampai abad ke duapulahan. (Enin Supriyanto, 2014, Gede Mahendra Yasa
“Post Bali” hal 11). Kemudian hal tersebut dipertajam dalam bukunpengantar
Indonesia Heritage Volume 7, 1998 ditulis Hilda Soemantri,
Bali merupakan bagian yang terpisah dan tak berhubungan dengan perkembangan
yang ada di Jawa ataupun bagian lain Indonesia secara keseluruhan. Maka dalam
buku ini seni rupa Bali baik yang “tradisional” maupun yang “modern” dan
“kontemporer” diulas khusus dan terpisah dari “Indonesia” (Enin Supriyanto,
2014, Gede Mahendra Yasa “Post Bali” hal 11).
Pertanyaan yang muncul kemudian haruskah
seni lukis Bali memiliki tempat yang berbeda? Kedua kenapa hal tersebut
dibedakan, disengaja? Atau ada hal lain yang melatar belakangi harus dibedakan?
Tentunya pertanyaan sederhana tersebut akan membongkar ulang akar sejarah seni
lukis Bali, hingga akan banyak rentetan pertanyaan yang muncul kemudian untuk
menempatkan utuh seni lukis Bali dalam jajaran seni rupa ‘Indonesia”.
Sudah menjadi bacaan
umum, perbedaan yang mencolok dari seni lukis Bali adalah ciri khas yang lahir
dari keadaan lokal, keadaan lokal ini diartikan sebagai situasi yang tumbuh
seiring nilai lain dari hasil budaya yang berkembang dari suatu daerah
diwilayah nusantara, sebelum bernama Indonesia dan merdeka sebagai negara yang
berdaulat. Kantung-kantung kebudayaan ini kemudian mentrasformasi nilainya
menjadi ciri kekhasan dari setiap daerah, dengan tata pemerintaah kerajaan yang
bebeda pula. Keyakinan
serta kepercayaan terhadap suatu agama, keyakinan aliran kepercayaan dan
lain-lain sangat besar berpengaruh dalam membentuk karakter suatu daerah di
nusantara. Walapun disadari garis utuh ciri-ciri kebudayaan disetiap daerah
masih memiliki sifat kesamaan.
Begitu pula hal yang
lebih luas diamati, kebudayaan nusantara tentunya berusaha mengelola nilainya
untuk berbeda dari kebudayaan negeri tetangga sehingga ketika ditampilkan dalam
bentuk-bentuk pertukaran budaya serta saling mengirim misi kebudayaan, serta
akan menampilkan ciri-ciri yang berbeda pula sehingga kata terakhir disebut
identitas. Identitas
inilah yang kemudian menjadi pemicu untuk melahirkan terus menerus kreatifitas
produk kebudayaan sehingga disebut memiliki identitas tersendiri dari produk
kebudayaan lainya. Dari pemaparan singkat diatas mulai kiranya dapat dipahami
sejauh mana kemudian identitas ini memiliki peran untuk memahami setiap gejolak
perjalanan sejarah setiap waktu.
Seni Lukis Bali sebagai salah satu identitas
produk kebudayaan nusantara, memilliki sejarah panjang memperkenalkan dirinya
sebagai identitas nusantara. Lahir dari jaman kerajaan, mengalami masa
kejayaan, surut oleh pergolakan peperangan melawan penjajah, hingga kemudian
mengalami pengkebiran politik kesenian era kemerdekaan. Perjalanan sejarah seni
lukis Bali telah memiliki akarnya tersendiri bersamaan dengan hadirnya masa
kejayaan kerajaan di Bali. Cikal bakal lahirnya seni lukis Bali pada jaman
kerajaan dapat ditinjau dari beberapa prasasti yang dikeluarkan oleh Raja anak
Wungsu pada abad 11, kemudian dikenal adanya kelompok yang mempunyai keahlian
melukis, yaitu salah satu prasasti terdapat goresan motif wayang yang
menggambarkan Dewa Siwa. Didalam naskah-naskah kuno berupa lontar-lontar yang
termuat cerita-cerita legenda atau ceritera wayang, banyak menggunakan
ilustrasi gambar yang indah dalam ukuran kecil atau miniatur. Ilustrasi atau
gambar tersebut merupakan cikal bakal seni lukis “klasik” Bali yang tumbuh dan
berkembang hamper diseluruh Bali (Drs. I Dewa Made Pastika 2010,Tinjauan
Sejarah Seni Lukis Gaya Pita Maha,).
Kemudian seni lukis
wayang ini berkembang di mulai di Desa Kamasan, Kabupaten Klungkung Bali
sekitar abad 15 dan mencapai masa kejayaan pada pemerintahan Dalem Waturenggong
yang kemudian menyebarluaskan gaya Kamasan ke seluruh wilayah Bali. Sebagai
Pusat kekuasaan, kerajaan Klungkung membuat bangunan monumental yang masih ada
sampai saat ini yaitu bangunan gedung Kertha Gosa, dimana tempat tersebut
merupakan tempat penghakiman/pengadilan dan rapat umum dengan menghadirkan
mural wayang kamasan di langit-langit atap dengan berbagai cerita legendaris
seperti perjalanan Bhima ke Swarga Loka, diah tantri, sang garuda amerta serta
palelindon. Seiring penyebar luasan gaya Kamasan diseluruh wilayah Bali,
ternyata pakem dan corak gaya Kamasan yang disebarluaskan mengalami perubahan
rasa/ciri walaupun tidak frontal keluar dari syarat utuh pakem wayang Kamasan.
Semisal di wilayah Tabanan bentuknya diperpanjang, ornamennya serta pakaian
dipermegah serta daerah-derah lain di Bali.
Berangsur-angsur gaya Kamasan mengalami perkembangan
di abad-abad berikutnya, mulai jelajah material hingga garapan teknik serta
narasi yang mulai menyentuh hal-hal yang tidak bersifat religuitas, namun mulai
menggarapan tema-tema social dan lain-lain. Bukti-bukti tersebut nampak pada
karya-karya Ketut Gde, diakhir abad 18, memperlihatkan betapa visual gaya
Kamasan berkembang dengan menghadirkan wajah-wajah orang asing, ekspresi dan
lain sebagainya. Begitu pula menjelajah media berkembang di Kabupaten Buleleng,
lahir gaya Naga Sepaha sebuah nama desa di Singaraja, yaitu melukis
wayang diatas bidang kaca, perbedaannya dari segi bentuk tokoh-tokoh raksasa
dibandingkan tokoh-tokoh dewa, dibuat lebih besar berbeda dengan garapan wayang
diderah Bali selatan antara tokoh dewa dan raksasa ukuran anatominya hampir
sama. Kemudian matrial dari kaca yang dilukis terbalik, berbeda dari melukis
wayang pada umumnya dari bahan kanvas, kertas ulantaga dan kanvas kamasan
terkenal karena dibuat khusus dengan matrial tertentu yang digarap melalui
berbagai proses hingga terkesan lembut, kemudian digerus atau dihaluskan dengan
kulit kerang yang sepintas seperti pori-pori kain sutra. Begitupula dengan
kertas Ulantaga, yaitu bubur kayu yang diproses sehingga menjadi alami. Untuk
pewarnaan karya-karya gaya Kamasan pada umunya menggunakan warna alami, seperti
merah dari gincu, coklat muda dari batu gamping, warna putih dari tengkuk
tulang babi yang dihancurkan seperti bubuk kemudian ada dari tanduk
rusa/menjangan untuk memperoleh warna putih/zinkwhite. Warna hitam dibuat dari
jelaga atau mangsi/ink hasil dari kotoran lampu minyak yang diolah
menjadi warna hitam untuk pembuatan garis dengan manghasilkan karya-karya gaya
wayang Kamasan yang berwarna cerah, tajam serta kaya warna.
Seiring perkembangan sejarah serta interaksi
perdagangan masa kerajaan dan penjajahan, matrial tersebut bergeser menggunakan
produk-produk impor, seperti gincu china, tinta china, prada(warna emas), ancur
sebagai perekat warna dan sebagainya. Sehingga memudahkan untuk menggarap karya
lebih cepat. Pada dekade abad 18 an-19 an, karya wayang yang berkembang di
wilayah Gianyar seperti Ubud, Batuan, serta wilayah sekitarnya menjadi
“mengalami perubahan” sehingga seolah-olah missinglink (keterputusan)
karya-karya tersebut berubah menjadimonocrhome, sephia dan hitam-putih,
teks huruf Bali yang berisi kata-kata petuah serta identitas tokoh-tokohnya
menghilang berangsur-angsur, walaupun dibeberapa karya masih nampak. Namun
dimensi dekoratif Kamasan bertahan dengan bentuk-bentuknya mulai lebih
berkembang.
Hal tersebut menurut
analisa penulis diakibatkan pecahnya kerajaan di Bali menjadi kerajaan
kecil-kecil setelah pemberontakan Agung Maruti yang berhasil menumbangkan
kerajaan Klungkung/Kerajaan Gelgel dimasa raja Agung Dalem Dimade tahun 1665
dan berakhir tahun 1704. Kemudian dibantu oleh para tokoh-tokoh punggawa, manca
yang dahulu tersebar saat pemberontaan pertama Kriyan Batan Jeruk serta I Dewa
Anggungan sekitar tahun 1556, kedua pemberontakan I Gusti Talabah tahun 1578
namun kedua pemberontaan tersebut gagal, dan pemberontakan Agung Maruti
berhasil. Gagalnya
beberapa kali pemberontakan membuat para manca tersebar keseluruh Bali.
Untuk mengembalikan kembali kedaulatan kerajaan para punggawa dan manca
tersebut dipanggil untuk melawan kekuasaan Agung Maruti hingga kalah.
Kemenangan tersebut membuat raja Klungkung/Gelgel memberikan berdirinya
kerajaan-kerajaan kecil seperti Badung, Gianyar, Tabanan, Mengwi, Buleleng,
Jembrana, Bangli, Karangasem dan lain-lain untuk otonom. Kerajaan Klungkung
sendiri didaulat menjadi pusat kerajaan yang lebih memfokuskan masalah adat.
Faktor tersebut menurut penulis sangat berperan dalam membentuk identitas
kerajaan baru untuk membedakan dengan kerajan-kerjaan lainya di Bali.
Memasuki awal abad 19
bergolakan peperangan terjadi antara raja-raja Bali dengan pihak Belanda
dimulai dengan perang puputan Badung 1906, puputan Klungkung 1908,
peperangan Buleleng, Karangasem dan seterusnya diawal abad 19 berdampak
pada perubahan konstalasi politik di Bali. Sehingga Belanda memasuki Bali dalam situasi
bumi hangus, karena kerajaan-karajaan tersebut rata-rata hancur dan terbakar
yang berakibat kemudian Belanda mengalami tekanan hujatan dunia internasional
yang luar biasa. Untuk menggembalikan rasa tanggungjawab pihak Belanda,
kemudian Belanda menerapkan politik Baliseering, sebuah kebijakan
politik yang menggembalikan kemurnian “asli” Bali yang diharapkan dapat melihat
Bali seperti sedia kala. Dengan lahirnya banyak film dokumenter tentang Bali, dan karya-karya seni lukis Bali banyak dikoleksi
museum dan private diluar, sehingga banyak wisatawan asing mulai tertarik ke
Bali. Akibat politik Baliseering juga berdampak kepada dunia
seni rupa di Bali. Kehadiran Walter Spies tahun 1927 tahun dan Rudolf Bonnet
tahun 1929 mereka memutuskan menetap di Bali, sebagai seniman mulai menerapkan
misi “memoderniskan” secara intensif dan berhubungan dengan pelukis Bali,
walaupun sebelumnya ada pelukis asing yang pernah ke Bali seperti Nieuwenkamp
karena tertarik dengan melihat karya Kamasan di negaranya yang dikoleksi Van
Der Tuuk di universitas Laiden, namun tidak setinggi kedua pelukis asing
tersebut bersentuhan dengan pelukis lokal.
Karya I Dewa Kompyang Kandel Ruka. 1936
Interaksi antara
pelukis lokal dan asing kemudian terjadi saling terpengaruhan, karya-karya
pelukis asing mengalami perubahan juga, misalnya Bonnet yang mulai
meperlihatkan perbedaan karya ketika Bonnet masih di Eropa dengan karya-karya
di Bali, begitupula karya Walter Spies ketika masih di eropa dengan di Bali. Sehingga
beberapa penulis asing yang mengatakan pelukis lokal terpengaruh sepihak oleh
pelukis asing patut dipertanyakan dan direvisi penulisannya. Dari interaksi
tersebut dan dukungan politik kekuasaan, kemudian lahirlah sebuah kelompok Pita
Maha (Pita artinya kreatifitas dan Maha artinya tinggi, agung, dsb)
tanggal 29 Januari 1936 dibidani, Tjokorde Agung Sukawati (Raja Ubud), Rudolf
Bonnet, Walter Spies, I Gst Nyoman Lempad dan sederet nama-nama pelukis lain.
Dilihat dari sisi gerakan seni rupa, lahirnya
Pita Maha merupakan sebentuk pernyataan simbol tentang keberadaan perupa Bali.
Dengan adanya wadah organisasi tersebut kontrol terhadap mutu karya dan program
pameran dapat dirancang dengan baik, sehingga praktis Pita Maha dijamanya
berperan aktif dalam setiap event seni rupa, jejak Pita Maha dalam usahanya
memperkenalkan seni lukis Bali keluar daerah dan macanegara sangatlah gigih,
dan kemudian pada pameran dunia di Paris, Perancis dua anggota Pita Maha
mendapatkan mendali Perak yaitu Ida Bagus Gelgel dan Ida Bagus Kembeng (Suwaji,
1981). Suasana perdebatan dan adu argumen terus berjalan, salah satu
pelukis Nyoman Ngendon sangat berani menentang Bonnet dalam banyak hal mengenai
sudut pandang berkarya dan berkesenian.
Pita Maha kemudian
melahirkan dua gaya gaitu gaya Ubud dan Gaya Batuan, dimana gaya Ubud adalah
hasil interaksi dengan kecendrungan menampilkan unsur fotografis walaupun tidak
sempurna sedangkan Gaya Batuan adalah hasil interaksi teknik-teknik Barat
sederhana dan masih mempertahankan local genius seni lukis
Kamasan. Selain
itu di Ubud juga lahir gaya Young Artist dikembangkan oleh
Arie Smit, namun gaya ini lebih menonjolkan corak warna yang meriah dan
dekoratif, meniru aliran fauvisme di barat. Pecahan aliran/gaya tersebut
menyebar dan Sanur mendapatkan turunan gaya Batuan. Namun dari
perkembangan seni lukis Bali di Ubud sebagai sentral, praktis seolah-olah gaya
Kamasan terkunci dianggap klasik dan tradisional, fakta tersebut dapat dilihat
dengan lahirnya Museum Puri Lukisan yang mengusung wacana seni lukis modern
Bali.
Semangat universalisme modernisme merasuk
memetakan dua kutub modern atau tradisional pada wacana seni lukis Bali. Begitu
juga seterusnyas seni lukis Bali dianggap tradisional jika kemudian
disandingkan dengan seni rupa “nasional?” dengan digandang-gandang Raden Saleh
sebagai cikal-bakal seni rupa modern Indonesia? Padahal jika disandingkan
sejarah seni lukis Indonesia modern dengan data-data yang ada patut diperbaiki
kembali pemetaannya, karena seni lukis Bali mengalami perkembangan yang
“mungkin lebih dahulu” jika ditarik dari era Raden Saleh. Namun kekuatan
konspirasi politik kesenian di Indonesia yang masih minder dan kolot
menempatkan kelokalan sebagai sesuatu yang usang dan tradisionil.
Kembali pada perjalanan seni lukis Bali, diera
pergerakan revolusi, perlawanan terhadap Belanda berkobar-kobar, pelukis Nyoman
Ngendon, Djatasura, dan lain-lain berjuang memangku senjata untuk melawan
Belanda, dan ketika era revolusi, tahun 40-an pelukis Ngendon sempat bertemu
Affandi, S.Sujojono dan lain-lain. Dari interaksi tersebut lahirlah karya-karya
Ngendon yang bertemakan perjuangan hingga kemudian Nyoman Ngendon, I.B.M
Djatasura gugur pada medan pertempuran menjadi pahlawan Kusuma Bangsa.
Di-era kemerdekaan
tahun 60-an para kaum muda Bali yang mengeyam pendidikan senirupa di luar
Bali mulai memperaktekan “seni lukis modern” hasil studi karya-karya mereka
yang dianggap “modernis” berdampak pada arus besar pelukis-pelukis muda datang
ke luar daerah menyemam pendidikan, hingga lahir sebuah organisasi Sanggar
Dewata Indonesia (SDI) di tahun 70-an. Corak modernis sebagai akar dijadikan rujukan,
espresionis, abstarak, dan lain-lain, kemudian di era 80-an mengakat identitas
ke Bali-an dengan njelebret symbol-simbol hinduistik sebagai
narasi seperti tamyang, cilli-cillian, senjata-senjata dewata nawasanga
barong-barongan dan lain-lain.
Masuknya modernis SDI serta ditunggangi penulis
“nasional” mempertajam jurang antara wacana modern dan tradisional, hingga
kospirasi akademis, yang kemudian menjadi pengajar di perguruan-perguruan seni
di Bali, serta pendidikan menegah seni rupa, praktis seni lukis Bali dianggap
tradisional serta jenjangnya hanya sampai tingkat sekolah menengah. Otomatis
perupa yang ingin melanjutkan pendidikan keperguruan tinggi yang berlatar belakang
seni lukis Bali, akhirnya pasrah memulai belajar seni lukis “modern”. Dengan
memangkas keahlian mengenal matrial serta media seni lukis Bali. Seharusnya
dengan lahirnya jurusan seni lukis Bali disebuah perguruan akan berdampak pada
pengembangan dan eksplorasi kreatif serta penjelajahan wacana seni lukis Bali
akan semakin tajam. Walapun ada kemudian penulisan riset akademis serta
idndividu terjadi, namun masih ragu-ragu, menganggap seni lukis Bali
“tradisional” meningkat menjadi pasca tradisional….sungguh terlalu.
Seni lukis Bali berkembang lewat sanggar-sanggar
kecil serta perupa-perupa mulai mendapat tempat, seperti Wayan Bendi,
Ketut Soki, Dewa Putu Mokoh, Kadek Murniasih. Disamping itu, banyak penulis
asing yang melakukan riset sejarah terhadap perkembangan seni lukis Bali,
dengan menempatkan seni lukis Bali diluar negeri sebagai seni rupa kontemporer.
Kemudian hadirnya wacana Bali Bangkit di tahun 2000-an awal cukup memberi andil
menempatkan posisi seni lukis Bali, walaupun kemudian banyak bacaan yang
tumpang tidih dan masih tunduk terhadap pewacanaan modernitas yang sudah usang.
hingga pembacaan seni lukis Bali di ranah seni rupa nasional selalu
ditempatkan berbeda, hal inilah yang perlu digaris bawahi untuk kemudian
melihat seni lukis Bali sebagai identitas seni rupa Indonesia yang
sesungguhnya. Kenapa demikian karena faktor kontruksi dan instrumen kerupaan
telah hadir dan diakui dunia sebagai karya seni lukis“painting” bukan
craft atau kerajinan. Status ini merupakan modal besar menempatkan identitas
seni lukis Bali bertarung ditingkat global dengan seni rupa mancanegara, dengan
saat ini, kiranya dapat dilihat seperti China, Korea, Jepang, Vietnam telah
bangkit memperkenalkan identitas seni rupa mereka di dunia seni rupa
kontemporer.
Memasuki tahun 2014,
kembali ranah seni lukis Bali melahirkan kelompok NEO PITAMAHA tepatnya 29
Januari 2014, sebuah kelompok seni rupa di Bali yang mengusung akar seni lukis
Bali yang dimotori I Gede Mahendra Yasa, Ketut Moniarta, Kemal Ezedine, Tang
Adimawan, dan lain-lain. Lahirnya kelompok ini bukan serta-merta melihat Neo-kebaruan dari Pita
Maha, namun meminjam semangat Pita maha untuk dihadirkan dalam dunia seni rupa
kontemporer yang lebih plural. Kelompok ini setiap individunya memiliki latar
belakang yang berbeda satu dengan yang lainya. I Gde Mahendra Yasa, Ketut
Moniarta, Kemal Ezedine hadir dari dunia “kotemporer” sedangkan yang lain murni
dari akar seni lukis “tradisional” Bali sehingga terjadi Hybriditas, makna
penyilangan ini tentu manghadirkan sesuatu yang baru bagi jelajah individu
masing-masing perupa dalam biangkai seni lukis Bali.
Akar seni lukis Bali menurut ‘analisa” Neo
Pitamaha adalah drawing hal ini menjadi tumpuan pengembangan seni lukis
Bali disamping pengenalan material bahan kanvas, warna, proses penggarapan
karya dan lain-lain. Drawing dalam seni lukis Bali, ada yang dinamakan
Rerajahan, (menorehkan) rerajahan adalah gambar-gambar symbol-simbol mistik
yang selesai dikerjakan dengan gambar-gambar drawing dan selesai. Berbeda
dengan pengerjaan karya lukisan Bali yang memerlukan tahapan-tahapan proses,
seperti nyeket,(sketsa) ngontur,(mempertegas sketsa
dengan tinta)ngeskes/nyelah, (mengatur volume objek-objek karya,
jauh deketnya)ngewarna,(memberian warna), nyenter (memberikan
tekanan jatuhnya cahaya pada objek karya) dan lain-lain, sehingga Setiap perupa
punya pekerjaan rumah masing-masing untuk kreatif menjelajah ‘aliran, gaya,
mazab’ yang hadir dalam perkembangan seni lukis Bali.
Pameran pertama seni lukis Bali secara tunggal
dihadirkan I Gede Mahendra Yasa dengan tema Post Bali, dikuratori oleh Enin
Supriyanto di gallery ROH Project Jakarta 1 maret 2014. Dalam pameran tunggal
tersebut Mahendra Yasa menghadirkan karya-karya kontemporer bernafaskan seni
lukis Bali, ternyata sambutan positif dan antusias datang dari penulis,
pengamat dan para perupa lain. Hadirnya seni lukis Bali dalam kancah seni rupa
kontemporer akan berbeda dari visual-visual umum ‘kontemporer” yang hampir
seragam di seluruh dunia. Disinilah letak keyakinan Mahendra Yasa untuk terus
mengeksplorasi seni lukis Bali sebagai identitas kontemporer ke-Indonesia-an.
Perupa yang lain anggota Neo Pitamaha, Ketut Moniarta yang juga berlatar
belakang kontemporer mencoba menjelajah tahap awal untuk eksplorasi drawing
seni lukis Bali dengan mencoba terus menerus mengenal material seni lukis Bali
hingga ke new media art, hingga kini karyanya jauh berbeda dengan
karya-karya kontemporer Moniarta sebelumnya. Kemal Ezedine salah satu
perupa yang menerapkan keyakinan seni lukis Bali dikembangkan dalam dunia
seni lowbrow, street art dan Mural
Art menyakini bahwa mural di Gedung Kertha Gosa, merupakan karya
mengagumkan, terinspirasi oleh Kertha Gosa serta memiliki kepekaan sebagai
perupa lowbrow ,street art dan Mural, Kemal
akhirnya mencoba menawarkan seni lukis Bali dalam wilayah kotemporer yang
bernafaskan lowbrow, street art
dan Mural.
Kemudian perupa-perupa lain yang datang dari seni lukis”tradisional” Bali, mulai tahap-demi tahap mencoba untuk lebih
eksploratif memahami seluk-beluk karya yang dianggap bisa hadir dalam seni rupa
kontemporer. Dengan demikian kelompok Neo Pitamaha adalah pelanjut perjalanan
sejarah seni lukis Bali yang mencoba menghadirkan identitas seni lukis Bali
dalam seni rupa kontemporer.
Kehadiran kelompok Neo Pitamaha ini mencoba
terus menggali kedalaman estetik, wacana, media seni lukis Bali, yang akan
dihadirkan dalam setiap event pameran seni rupa. Tentunya dengan semangat
identitas seni lukis Bali, saat ini sudah selayaknya untuk siap menerima
warisan leluhur sebagai modal dasar dalam bertarung dikancah seni rupa
kontemporer baik nasional maupun dunia.
Sejarah seni rupa Bandung_Sejarah Seni Rupa Indonesia
SEJARAH
SENI RUPA BANDUNG
Melihat sangat
luasnya ruang lingkup seni rupa maka penulis dalam hal ini hanya akan
membeberkan perkembangan seni murni saja karena mengingat seni murni dianggap
sebagai pencetus awal modernisasi seni rupa Indonesia.
Perkembangan
seni rupa Bandung ditandai dengan munculnya kelompok seni rupa Hindia Molek
atau “Mooi Indie” kelompok ini banyak menggambarkan lukisan-lukisan yang
bertemakan pemandangan alam yang indah dan objek manusia. Ini dipertegas oleh
Sudarmaji bahwa:
Masa ‘Hindia
Jelita’, atau masa ‘Hindia Indah’, atau ‘Mooi Indie’, apapun namanya, masa itu
merupakan masa yang menonjolkan sesuatu sifat yang diakibatkan sebagai suatu
cara melihat dan memandang dunia sekelilingnya dari aspek visualnya. Para
seniman pada masa ini memandang gejala sekelilingnya dari sudutnya yang
molek, yang cantik, indah, permai dalam memuja alam Indonesia, terutama
gunungnya, laut, sawah, bunga-bunga, manusia terutama gadis-gadis Indonesia
yang cantik (Dharsono, 2004:143).
Kelompok ini
muncul tentu tidak lepas dari pengaruh pelukis Barat (penjajah) yang melukis
bertaraf hanya sebagai hobi atau kesenangan belaka. Hindia Molek atau “Mooi
Indie” adalah sebuah perkembangan seni rupa sebelum lahirnya PERSAGI (Persatuan
Ahli Gambar Indonesia). Semenjak dari masa itu perkembangan seni rupa atau
bahkan kebudayaan di Indonesia merupakan perkembangan yang terlepas dari seni
rupa prasejarah bahkan hal ini merupakan pembuka babak baru seni rupa modern
Indonesia. Sekitar tahun 1908-1937 pelukis-pelukis “Mooi Indie” banyak memilih
tempat untuk menetap di Bandung ini disebabkan karena alam keindahan Bandung
merupakan objek yang sangat mendukung dalam berkarya rupa pada saat itu,
misalnya Abdullah Suryosubroto ia memilih Bandung yang akhirnya ia menetap di
sana dengan alasan karena banyak orang asing bermukim yang merupakan konsumen
utama seni lukis baru. Namun yang lebih penting bahwa Bandung merupakan letak
yang strategis karena berada di tengah-tengah alam raya yang indah dengan
dikelilingi gunung-gunung yang merupakan sorga bagi seorang pelukis “Mooi
Indie”.
”…Rentang
pandang kebiruan kaki langit dengan puncak gunung diselimuti awan tipis, mainan
cahaya disela-sela bambu dan hutan belantara serta keelokan jalan atau sungai
yang mengalir jernih menawan, melingkar di antara semak-semak dan pepohonan
berlumut yang dipadu dengan hamparan sawah yang belum ditanamai. Bentang alam
pegunungan yang tampak menghijau laksana lautan hijau mengepung gunung, di
bawah sinar matahari pagi dengan senyum awan tipis lukisan Abdullah
Suryosubroto mampu membawakan rasa keharuan dan perasaan tentram, yang telah
hilang ditelan hiruk keramaian kota. Tidaklah mengherankan apabila lukisannya
banyak diminati orang-orang asing dan orang-orang Indonesia sendiri
(Kusnadi dalam Dharsono, 2004:144).
Seni rupa
Bandung merupakan salah satu muatan seni rupa modern dan kontemporer di
Indonesia. Kalau kita lihat ke belakang hingga munculnya Pelukis Lima Bandung
tentulah kita akan dapat menyimpulkan bahwa Bandung merupakan motor pergerakan
seni rupa Indonesia dari pra-kemerdekaan, pasca kemerdekaan hingga sekarang.
Seniman lainnya yang seangkatan dengan Abdullah Suryosubroto sebagai pengisi
masa “Mooi Indie” yaitu Sukardji dan Kendar Kerton yang kemudian disusul oleh
kelompok Lima Bandung yang aktif pada tahun 1935-1940 yaitu Affandi, Barli,
Wahdi, Sudarso dan Hendra. Mereka semua merupakan seniman yang hidup dan
berjaya di masa Kolonial hingga sekarang. Dengan pendidikan dari Belanda para
pelukis Bandung masa lalu telah bisa membaca literatur Barat antara lain
gambar reproduksi karya seniman Barat yang terkenal pada waktu itu.
Masa Pendidikan
Tinggi Tahun 1947-1960-an
Lahirnya
lembaga pendidikan seni rupa secara formal maupun nonformal sangatlah berarti bagi
perkembangan seni rupa di Bandung, dengan berawal dari berdirinya
sanggar-sanggar sebagai transformasi teknis, pengalaman, wawasan di antara para
peserta didik. Baru sekitar tahun 1947 pendidikan tinggi seni rupa formal
berdiri, pendirian ini berdasarkan pada pemikiran seorang guru SMU
bernama Simon Admiral dan Ries Mulder, seorang seniman kebangsaan
Belanda, dengan alasan bahwa bangsa Indonesia sudah tidak adil diperlakukan
oleh Belanda.
Jika bangsa
yang dijajah itu mendapatkan pendidikan dengan metodologi seperti Eropa, Barat,
tentulah akan maju. Berangkat dari pemikiran bangsa Indonesia telah memiliki
kemampuan tinggi dalam berolah seni dan telah dibuktikan dengan banyaknya
karya-karya tradisional dan aktivitas seni lainnya, ini mendorong untuk didirikannya
lembaga pendidikan tinggi seni rupa. Maka pada tanggal 1 Agustus 1947 didirikan
“Universitaire Leergang Voor de Opleiding Tekenlaren” yang kemudian diubah ke
dalam bahasa Indonesia dengan nama “Balai Pendidikan Universiter Guru Gambar”
yang tergabung dalam Fakultas Ilmu Pengetahuan Teknik, Universitas
Indonesia di Bandung (kini FSRD- ITB) dengan dosen berkebangsaan Belanda
dan salah satunya dari kaum pribumi bernama Sjafei Soemardja dengan akta
mengajar dari Belanda yaitu “Middlebare Akte” dan pada tahun 1956 di lembaga
tersebut dibentuk jurusan melukis di samping pendidikan yang mencetak
guru gambar.
Kemudian
lembaga yang mencetak guru seni rupa selanjutnya dikelola oleh FKIP-UNPAD
(sejak 1961) dan kini lembaga pendidikan guru seni rupa tersebut berada
pada Jurusan Pendidikan Seni Rupa dan kerajinan IKIP Bandung yang sekarang
menjadi UPI (Universitas Pendidikan Indonesia)
Seni Rupa Bandung Tahun 1970-1980-an
Masa 70-an,
ditandai oleh maraknya pembangunan di sektor ekonomi, hal ini ditandai dengan
masuknya penanaman modal asing sehingga memajukan roda industri dan
perekonomian. Pertumbuhan perekonomian menimbulkan krisis sosial sehingga
mendorong timbulnya berbagai ketimpangan sosial. Hal ini dijelaskan oleh A.D.
Pirous sebagai berikut:
Perkembangan
ekonomi yang mengalami pertumbuhan, melahirkan berbagai ketimpangan yang
mendorong pergolakan sosaial dan politik, seperti misalnya kasus “malari” pada
1974, serta gelombang protes dan demonstrasi mahasiswa (A.D Pirous, 2003:172).
Suasana seperti
itu berimplikasi pada ruang seni rupa, yaitu ditandai dengan lahirnya
gaya seni yang mengarah pada nilai-nilai spiritual dengan lahirnya
lukisan-lukisan yang bernafaskan ke-Islaman seperti kaligrafi. Hal ini terus
berkembang sehingga bermunculan seniman-seniman kaligrafi. Ini ditegaskan
dengan jelas oleh A.D. Pirous:
… berbagai
pameran yang diikuti banyak seniman dengan beragam gaya, dari kecenderungan
gaya ekspresif seperti: Affandi, dan Amri Yahya di Yogya, serta gaya meditatif
dari Ahmad Sadali, A.D. Pirous, A. Subarna dari Bandung, hingga gaya
surealistis seperti Saiful Adnan dari Yogya yang juga kuat memperkaya ragam
bahasa visual seni lukis kaligrafi Islami … (A.D. Pirous, 2003:173)
Tumbuhnya
perekonomian di Indonesia Era 80-an mendorong timbulnya kegiatan berkesenian
yang mengakibatkan lahirnya sejumlah kolektor, galeri, art
dealer dan lain-lain, kemudian disusul pembangunan perkantoran, hotel,
real estate atau perumahan. Sehingga melahirkan kebutuhan barang seni sebagai
elemen estetiknya. Ardiyanto (1998:55) menyebutkan …frekuensi penjualan lukisan
dan pesanan patung mengalami lonjakan yang fantastis dan dengan sendirinya
banyak seniman yang hidupnya berkecukupan, sehingga tidak salah jika G.
Shidarta dalam makalah diskusi dalam pameran ASEAN ke-3 di Jakarta mensinyalir
bahwa kecenderungan besar di mana seniman (seni) mengabdi kepada kekuatan
ekonomi.
Realitas lain
para perupa pemberontak pada masa ini mayoritas muncul dari kalangan mahasiswa
akademi seni rupa di Bandung, mereka menganggap bahwa lembaga tempat menimba
ilmu dinilai kaku, konservatif dan tidak progresif dalam menyikapi perkembangan
seni rupa Indonesia. Pendek kata lembaga pendidikan seni rupa tidak dapat
mengakomodir berbagai gagasan, motivasi atau keinginan kaum muda ( Ardiyanto,
1998:55).
Karya-karya
yang dilahirkan pada masa ini tidak lagi memperhatikan nilai-nilai estetik dan
mengejar wilayah artistik baru bahkan keluar dari wilayah dengan kode khusus,
mereka menganggap praktek eksplorasi artistik sebagai ciri modernisme tidak
dianggap penting. …pencarian esensi ekspresi, eksplorasi media, perkara
orisinalitas, pencarian teknik baru tidak dipersoalkan pada karya-karya di era
tahun 80-an… (Jim Supangkat dalam Ardiyanto, 2003:56).
Praktek seni
rupa yang mempunyai kecenderungan menyimpang ini antara lain seperti karyanya
Acep Zam-zam Noor, Irwan Karseno dengan mengangkat isu seks kemudian tokoh
lainnya seperti Tisna Sanjaya dan Kristiawan, menyelenggarakan pameran gambar
di sepanjang jalan Cikapundung-Bandung.
Pemilihan ruang
publik tidak saja dikarenakan perkara ukuran yang relatif lebih besar namun
secara tidak disadari hal ini jadi lebih dekat dengan lahirnya karya seni yang
dapat diapresiasi oleh masyarakat khususnya warga kampus ini dilakukan oleh
mahasiswa seni rupa IKIP Bandung (sekarang UPI) angkatan 1981 mereka mendobrak
bahwa karya itu tidak selalu individual. Peristiwa ini sempat menjadi polemik
dan kekalutan pada masyarakat kampus (Ardiyanto, 1998:62).
·
Mengapa sanggar masih dibutuhkan
padahal akademi sudah ada?
Sanggar pada
masa itu masing sangat dibutuhkan, karena sanggar adalah tempat dimana perupa
bisa melatih kesenirupaannya disitu. Apalagi sanggar menerima banyak sekali
kouta untuk seorang yang ingin belajar kesenirupaan, berbeda dengan akademi
yang mana kuota untuk belajar seni itu sedikit.
Jadi sanggar
dijadikan sebagai ekstrakulikuler yang tidak terbatas waktu. Kata lain dari
sanggar adalah tempat berkumpulnya perupa-perupa yang ingin mengembangkan
bakatnya. Sanggar = Komunitas perupa.
Subscribe to:
Posts (Atom)