POLEMIK
SENI LUKIS BATIK
Perbedaan pendapat mengenai beda paham tentang seni batik
termasuk seni lukis atau tidak sangatlah rame diperbincangkan dan didebatkan
pada masa itu.
Ada suatu kalanga yang mengatakan bahwa seni batik
termasuk dalam kategori seni lukis karena cara pembutannya manual dan tehniknya
sama dengan melukis.
Adapun pendapat lainnya mengatakan bahwa, seni batik
merupakan seni rupa terapan, walaupun cara pembuatan dan tehniknya sama dengan
seni lukis, namun seni lukis ini sudah memiliki fungi lain, yang mana seni ukis
diaplikasikan atau diterapkan ke media lain dan juga beralih fungsi.
SEKILAS PERJALANAN SENI RUPA
SURABAYA
Di tengah konflik politik dan
ideologi para pelukis di Surabaya tumbuh dengan cepat. Mereka adalah :
1. Karyono (lukisannya
realisme dan ekspresionisme)
2. Tedja Suminar (lukisannya
realisme dan ekspresionisme)
3. Muhamad Daryono
(lukisannya ekspresionisme, banyak mengusung tema kerakyatan)
4. Krishna Mustajab
(lukisannya ekspresionisme, dekoratif-ekspresif)
5. OH Soepono
(ekspresionisme dan surialisme)
6. Rudi Isbandi (lukisannya
beragam: mulai dari ekspresionisme, kolase, media campuran, dan abstrak)
7. Amang Rahman (surealisme
dan terkenal gaya Amang Rahmanisme)
8. M. Roeslan (realisme dan
kaligrafi Jawa, banyak mengusung masalah kerakyatan dan realsime sosial ala
Hendra Gunawan)
9. Rustamadji (realisme dan
naturalisme)
10. Koempoel (realisme dan
impresionisme)
11. Soechieb (realisme dan
banyak mengusung tema perjuangan)
12. Wiwiek Hidayat
(impresionisme dan abstrak, banyak menorehkan garis-garis dan warna-warna
mencolok)
13. Sudibio (Tahun 1946
mendirikan kelompok Seniman Muda Indonesia di kabupaten Madiun. Pada tahun 1967
bersama Wiwiek Hidayat mendirikan Sanggar Puring. Anggota Sanggar Puring adalah
Sudibio, Wiwik Hidayat, Karyono, Tedja Suminar. Pada tahun 1960-an aktif seni
rupa di Madiun dan Surabaya)
14. Nurdin
Setelah rezim Soekarno runtuh
ditahun 1966 banyak seniman Lekra yang ditahan, dibunuh, dan melarikan diri.
Sedangkan seniman lain yang berafiliasi ke partai politik, seperti LKN dan
Lesbumi, diakhir Tahun 1960-an mulai pasif. Akibatnya di Surabaya yang dominan
adalah seniman non PKI dan non afiliasi ke partai politik. Para seniman
independen yang tergabung dalam gerakan Manikebu (Manifestasi Kebudayaan)
mendominasi perkembangan seni rupa di Surabaya. Kelompok Manikebu itu adalah M
Daryono, Rudi Isbandi, Amang Rahman, Krishna Mustadjab, dan sebagainya.
Sebagian dari merekalah yang kemudian mendirikan AKSERA Tahun 1974.
Ditahun 1970-an mulai semarak
perkembangan seni rupa di Surabaya. Sebab ada beberapa lembaga yang berpengaruh
terhadap perkembangan seni rupa Surabaya saat itu. Pertama,
pengaruh Akademi Seni Rupa Surabaya (Aksera). Kedua, pengaruh
lembaga kesenian seperti Dewan Kesenian Surabaya (DKS), dan Bengkel Muda
Surabaya (BMS).
Aksera sangat berpengaruh besar
terhadap perkembangan seniman dan kesenian Surabaya. Aksera melahirkan pelukis
seperti Nuzurlis Koto, Hardi, Dwijo Sukatmo, Makhfoed, Thalib Prasodjo, Hardjono
W.S, Suud, Poerono Sambowo, Hasan Busro, Agus Kemas, Nunung W.S, Hari Matrais, Abraham,
Akuat Pribadi, Serudi Sera, Bambang Haryadjie (Bambang Telo), Arifin Hidayat,
Yahya Ramsech, Sugeng, dan pematung Soesiyar. Mereka mengembangkan kebebasan
berpikir dan berkreasi sesuai dengan masukan dari guru-guru mereka seperti
Muhamad Daryono, OH Supono, Amang Rahman, dan sebagainya.
Generasi pelukis Tahun 1970-an
sebenarnya sangat beragam, meskipun pengaruh AKSERA sangat besar sekali. Mereka
berkembang secara otodidak, dari Yogyakarta, dan sebagainya. Secara global
generasi pelukis Tahun 1970-an adalah sebagai berikut (selengkapnya lihat:
Direktori Seni Rupa di atas)
Abraham (realisme dan
surialisme), Agus Kemas (hijrah ke Sumenep), Akuat Pribadi (ekspresionisme),
Arifin Hidayat (realisme, dekoratif, dan eskpresionisme. Ahli taman), Bambang
Haryadjie (ekspresionisme dan dekoratif), Dwijo Sukatmo (abstrak dan kemudian
impresionisme, banyak tema-tema filsafat kehidupan), Hardi
(realis-ekspresionisme, hijrah ke Jakarta), Hardjono W.S (pematung dan pelukis
realisme dan ekspresionisme. Dia juga penyair dan sutradara teater anak-anak),
Hari Matrais (lebih banyak ke teater), Hasan Busro (hijrah ke Jakarta), Liem
Keng (sketsa yang bernuansa ekspresionis, dengan warna hitam putih dan media
tinta yang kuat sekali), M. Thalib Prasodjo (realisme dan banyak menggambar
sketsa hitam putih), Makhfoed (surealisme dengan tema dominan alam kehidupan
ala “Miro”), Nunung W.S (realisme dan ekspresionisme, hijrah ke Jakarta,
Yogyakarta), Nuzurlis Koto (abstrak), Poerono Sambowo (realisme dan abstrak),
Saiman Dullah (naturalisme), Serudi Sera (pointilis dan surialisme), Soesiyar
(banyak karya patung, patung bertema kehidupan, tetapi disajikan secara
surialisme), Subur Dullah (naturalisme), Sugeng (gaya optik), Suud Endisuseli
(banyak melukis dengan media tinta dengan warna hitam putih. Lukisannya banyak
dominan garis fraktal dan pointilis), Wahjudi D. Soetomo (realisme dan terakhir
abstrak, ahli taman), Yahya Ramsech (realisme dan kaligrafi)
Di samping itu Aksera
menyelenggarakan Sekolah Minggu Aksera (SMA). SMA ini melahirkan seniman
seperti Wadjie MS dan Sukarno. Bengkel Muda Surabaya pun menyelenggarakan
sekolah minggu seni lukis sehingga banyak seniman muda yang lahir dari
aktivitas BMS ini. Tokoh yang lahir dari BMS adalah Bawong SN, Amir Kiah, dan
Winarto
Ditahun 1980-an dunia seni rupa
Surabaya mulai diramaikan oleh pengaruh pendidikan seni rupa Fakultas Keguruan
Bahasa dan Seni (FKBS) IKIP Surabaya (UNESA). Akibatnya sejak tahun 1980-an
itulah berkembang pelukis dan lukisan yang sangat beragam. Banyak seniman yang
mendapat pengaruh UNESA, lulusan ASRI Yogyakarta, otodidak, STKW, dan
sebagainya. Tidak heran kalau generasi seni rupa Surabaya sejak Tahun 1980-an
semakin beragam. Kita simak keberagaman itu adalah sebagai berikut:
1. A.Gusge (realis-surealis)
2. Abdul Kadir (impresionis)
3. Albert Rondonuwu (realis)
4. Amdo Brada (Bambang
Widodo). Amdo adalah jebolan STSI ASRI Yogyakarta. Amdo terkenal dengan lukisan
dekoratif etnik. Dia banyak melukis totem dan dekorasi daerah.
5. Amir Kiah
(realis-ekspresionis)
6. Anang Timur (realis,
surealis, dan dekoratif. Banyak mengusung tema candi)
7. Andi L. Hamsan
(realis-dekoratif dan surealis)
8. Andi Sulasmono (realis)
9. Arifin Petruk (instalasi)
10. Asri Nugroho (realisme,
surealisme, dan abstrak)
11. Bagas Karunia Putra
(realis, ekspresionis, multi media, dan terakhir dadais)
12. Bambang Widiantoko
(abstrak)
13. Basuki (realis)
14. Bilaningsih
(ekspresionis dan dadais)
15. Chamdani (ekspresionis,
banyak mengusung tema sosial)
16. Chusnul Bahri (pelukis
kaligrafi dan dekoratif. Lukisannya style Madura).
17. Chusnul Hadi (realis,
kaligrafi)
18. Doho Senjoyo (naturalis)
19. Doyo Prawito (realis,
natural, dan terakhir surialis)
20. Dwi Hadiah (realis-dekoratif)
21. Farid Firdaus
(impresionis, ekspresionis)
22. Hening Purnamawati
(dekoratif dan surialisme). Hening merupakan pelukis perempuan Surabaya
potensial.
23. Her Rusmadi (realis,
ekspresionis, dan banyak mengusung tema kerakyatan model Hendra Gunawan)
24. Heri Suyanto (realis,
dekoratif, dan pointilis)
25. Hisyam (dekoratif)
26. Hookim Hong (realis
dengan gaya lukisan China)
27. I Nyoman Ladra
(dekoratif)
28. Ika Ismurdiahwati
(dekoratif dengan banyak tema lukisan topeng dan totem)
29. Imam Chambali (realis)
30. Iskandar Zubair (realis
dan banyak melukis karikatur)
31. Ivan Hariyanto. Pelukis
Surabaya bergaya surealis yang produktif. Ivan lulusan STSRI “ASRI” Jogyakarta.
32. J.S Warno (realis)
33. Juli Jatiprambudi
(realis-ekspresionis, lebih terkenal sebagai kritikus dan penulis seni rupa)
34. K. Djuwito (realis)
35. Kris AW (pernah di
Surabaya. Sekarang di Gresik.Lukisannya realis)
36. Liem Keng
37. Liwung (realis)
38. Lukman Azis (surealis,
bermukim di Porong Sidoarjo, almarhum)
39. M. Basuki (realis)
40. M. Thoyib (dekoratif)
41. Mas Dibyo. Mas Dibyo
merupakan salah seorang pelukis bergaya ekspresionis yang sangat produktif.
Pada awal Tahun 1990-an dia pindah ke Tuban dan sangat produktif pameran.
42. Mudjiono (realis)
43. Muhamad Fauzi (surealis
dekoratif)
44. Musfaat (realis dan
naturalis)
45. Natalini (Lini)
(ekspresionisme)
46. Nonot Sukrasmono
(realis, surealis, dan abstrak, dan kaligrafi)
47. Nunung Bachtiar (realis,
ekspresionis)
48. Okka Jauhari (abstrak)
49. Pandik (realis)
50. Pek Liang (realis dengan
gaya lukisan China)
51. Praci Hara (abstrak,
lulus Unesa, banyak sibuk mengajar di SMKN XI – SMSR Surabaya)
52. Purnomo Sadewo (realis
ekspresionis)
53. Rijaman (pointilis)
54. Rilantono (realis,
dekoratif, dan pop art)
55. Salamun Kaulam, dosen
UNESA, termasuk pelukis Surabaya yang rajin pameran bersama. Lukisan Salamun
sangat ekspresif dengan komposisi warna cerah. Perkembangan terakhir, bentuk
lukisan Salamun mengarah ke abstrak.
56. Satya Budi
(realis-surealis). Sekarang tinggal di Yogyakarta.
57. Sebastian (realis,
banyak belajar dari Doyo Prawito)
58. Setyoko (ekspresionisme,
fauvisme)
59. Sim Kiem (realis)
60. Siti Rijati (realis)
61. Sri Rahayu (realis)
62. Subanu
(realis-dekoratif)
63. Sugiarso Widodo
(lukisannya banyak tema mesin sebagai simbol budaya masyarakat saat ini)
64. Sukarno (realis,
dekoratif)
65. Surachman KS (realis
dekoratif)
66. Suratno (realis)
67. Sutjahyo Widodo (realis
ekspresionis)
68. Syafei Prawirosedono
(Cak Pii) (realis banyak tema wayang)
69. Syaiful Hadjar (realis,
grafis, dan saat ini menekuni seni rupa instalasi)
70. Taufiq Sulistiya
(realis)
71. Thoyib Tamsar
(dekoratif, banyak bikin patung dari bahan serat rosella)
72. Tiko Hamzah
(realis-surialis)
73. Utut Hartono Brotoasmoro
(realis)
74. Wadji M.S (realis
dekoratif)
75. Wijianto (realis)
76. Yuliascana (dekoratif)
Sedangkan generasi seni rupa
Surabaya Tahun 1990-an sama beragamnya dengan generasi seni rupa Tahun 1980-an.
Akan tetapi generasi seni rupa Surabaya Tahun 1990-an banyak mengusung tema sosial,
politik, dan kritis terhadap lingkungan sekitarnya. Mereka adalah
1. Abdul Hakim (otodidak.
kaligrafi)
2. Agus Kucing (pop art dan
instalasi)
3. Agus Muharam (kaligrafi)
4. Ari Indriastuti (realis,
lulusan Unesa)
5. Arsdewo (STSI=Sekolah
Tinggi Seni Indonesia Bandung. Realis ekspresionis dengan tema kerakyatan)
6. Asnan Hayadi (realis,
otodidak, banyak melukis kota lama)
7. Bambang Kuncung (nama
aslinya Bambang Bagus Permadi. Mahasiswa STKW. Instalasi dan pop art)
8. Budi S (otodidak.
natural)
9. Darsono (realis.
Otodidak)
10. Dukan Wahyudi (lulusan
SMSR. realis dekoratif, dengan mengusung banyak tema kritik sosial)
11. E.Y Fibri Andrianto
(abstrak, STKW Surabaya)
12. Hari Subagio (realis
ekspresionis, IKIP Semarang)
13. Indra Harianti (istri
Supar Pakis. Realis.otodidak)
14. Joko Pramono (Jopram)
(lulusan SMSR. pop art)
15. Jumartono (ekspresionis,
lulusan SMSR)
16. Mas Rachmad (realis dan
kemudian berkembang ke dekoratif. otodidak)
17. Mirza Said (dekoratif,
Univ Trisakti)
18. Mukiban (otodidak.realis,
impresif)
19. Nono Karyono (realis,
otodidak)
20. Nono W.S (realis, banyak
belajar di Perancis)
21. Novita Sechan (realis,
lulusan Unesa)
22. Supar Pakis (lulusan
Unipa=Universitas PGRI Adibuana. Gayanya realis-surealis)
23. Taufiq Hidayat
24. Yunus Jubair (surealis)
Sementara itu ada beberapa
pelukis keturunan China yang pernah tinggal dan belajar di Surabaya. Diantara
mereka ada yang tetap tinggal di Surabaya dan ada yang meninggalkan Surabaya.
Mereka antara lain adalah
1. Huang Fong, Banyuwangi.
2. Sen Pao, Bali. Lahir di Surabaya, 1949.
Pendidikan : Melukiskan sejak usia dini. Ia murid pelukis S. Jikan BA, pada
tahun 1967-1968 yang kemiudian dilanjutkan dibawah bimbingan pelukis
T.Wing di Surabaya. Pengalaman : Tahun 1972 menetap di Bali dan berlangsung
sampai sekarang, berulang kali pameran di Jakarta, Surabaya, Bali. Sen Pao
menggali kehidupan Bali visual yang khas, bewarna cerah, ilustratif dan
mozakis.
3. Chien Pang L. Surabaya. Lahir di Surabaya
tahun 1941. Pendidikan : Sejak 10 tahun belajar Chinese Painting di bawah
bimbingan ayahnya sendiri dan kemudian mendapat bimingan dari beberapa pelukis
diantaraya Mr. Won Tok Fong (Pelukis chinese Painting). Mr. Chang Le Ou
(alm).tahun 1960 belajar disekolah seni CHANA Surabaya. Pengalaman : Tahun 1971
mencari pengalaman ke Asia Tenggara. Dari tahun 1979-1994 banyak mengikuti
pameran bersama dan tunggal, di Denpasar, jakarta dan luar negri. Tahun 1994
termasuk finalis dalam pameran All Media Competion yang diadakan oleh ARTIST
MAGAZINE di Cincinati, Ohio-USA. Dan pada tahun 1995 mendapat ucapan “SELAMAT”
The Committe of The World Overseas Chinese Artist Institute yang mana salah
satu dari karyanya pada likisa “Fun In The Meadow”terpilih dalam Global
Overseas Chinese Painter’s Art Works Collection yang diselenggarakan oleh
Editorial board of Paintin Research Institute, Institut seni cina, Beijing.
Tercatat tahun 2002 dan 2003 dalam pameran seni lukis Chinese Painting dan
Grafis di Nanjing.
4. S. Jikan. Lahir di Klakah (Lumajang) 10
November 1941. Pendidikan : Mulai belajar melukis pada seniman dan guru seni
Tan Wing. Tahun 1965 diterima di S.R.I. Yogyakarta. Selanjutnya pada tahun
1967-1970 di IKIP Negri Surabaya jurusan SeniRupa. Gemar melukis cat air, cat
minyak, soft pastel diatas cat air dan acrylic. Sebagai angota perkumpulan seni
lukis dan kaligrafi Jawa Timur.
5. L. Mintardja. Lahir di Surabaya 1934.
Pendidikan : Darah seninya mengalir dari ayahnya seorang kaligrafi terkenal di
Surabaya. Sejak kecil mendorongnya untuk menekuni seni lukis dengan belajar
pada guru pelukis Kwee Ing Ling pada tahun 1950. Pengalaman : Tahun 60’an
beberapa kali mengikuti pameran lukisan bersama di Jakarta. Tahun 70’an beralih
ke grafis design dengan media cetak, banyak menangani design packaging dan
iklan. Namun kegiatanya melukis tidak pernah lepas dari kehidupanya. Bahkan
kini seni lukis sudah menjadi tangung profesinya. Beberapa tahun ini sering
pameran bersama di Jakarta, Surabaya, dan Bali. Lukisannya banyak dikoleksi
oleh kolektor dari Jakarta, Surabaya, Bali serta mancanegara.
6. WT. Dhay. Lahir di Lumajang tahun 1937.
Pendidikan : Sekitar tahun 1960-an pelukis Realis Impressionistik ini belajar
menggunakan cat minyak pada pelukis Nurdin BS. Pengalaman : Dari sekitar 30
kali pameran bersama di dalam dan di luar negri, diantaranya : All Media
Competion (Cincinnati, Ohio-USA), Pameran bersama Lukisan Flora &Fauna
(Hitton Executive Club, Jakarta), Asia Excellence (Singapore), “Pelangi Dewata”
(Lippo Finansial Jakarta), Gelegar Seni (Radison Jakarta). Karya-karyanya
dikoleksi kolektor dalam dan mancanegara.
7. Liem Sing Kiem. Lahir di Surabaya.
Pendidikan : Belajar melukis di yayasan Seni lukis “CHANA” Surabaya. Mendapat
bimbingan pelukis Sen Pao di Bali. Pengalaman : Delapan Pameran bersama : Temu
Ragam Sembilan Pelukis (Bank Umum Nasional), Pameran Akbar Seni Lukis (Hotel
Presiden Jakarta), Komunitas Seni Lukis Surabaya (Hotel Hyatt Reency), Jambore
Seni Lukis Surabya (Galery Surabaya), KepedulianSesama pelukis (Galery 678
Jakarta), Pelangi Nusantara I (Garden Palace Hotel), Putri Art Galery (Malang),
Puisi Nusantara (Garden Palace Hotel) dan di berbagai tempat
peresmian/Pembukaan gedung.
8. Pan Zhen Puei. Medium : Oil, Chinese Ink Pencil,
Watercolour. Awards : 1976 Special Award, Ministry of Culture National Day Art
Exhiition, Singapore. 1988 Tan Tze Chor Art Award, Singgapore Art Society
Annual Art Exhibition, Singapore. Selected Collection : Agung Rai Art Museum,
Bali-Indonesia, DBS Bank, Singapore Monetary Authority of Singapore, Singapore,
Rudana Art Museum, Bali-Indonesia, United Overseas Bank, Singapore. Member :
Society Chinese Artist, Singapore, Singapore Art Society, Singapore.
Khalimart: Sejarah Seni Rupa Indonesia_Polemik Seni Lukis Batik Dan Sejarah Seni Rupa Surabaya >>>>> Download Now
ReplyDelete>>>>> Download Full
Khalimart: Sejarah Seni Rupa Indonesia_Polemik Seni Lukis Batik Dan Sejarah Seni Rupa Surabaya >>>>> Download LINK
>>>>> Download Now
Khalimart: Sejarah Seni Rupa Indonesia_Polemik Seni Lukis Batik Dan Sejarah Seni Rupa Surabaya >>>>> Download Full
>>>>> Download LINK uy